Perubahan Iklim Di Indonesia Saat Ini

Perubahan Iklim Di Indonesia Saat Ini – Perubahan iklim merupakan isu penting di Indonesia, karena populasi pesisir yang besar dapat terpengaruh oleh kenaikan permukaan laut dan karena mata pencaharian banyak penduduk bergantung pada pertanian, budidaya laut, dan perikanan, yang semuanya dapat dipengaruhi oleh Perubahan. Suhu, curah hujan dan perubahan iklim di iklim lain.

Indonesia menyumbang bagian terbesar dari total emisi gas rumah kaca (GRK) dunia. Indonesia telah disebut sebagai “penghasil gas rumah kaca yang paling terabaikan” yang “bisa menjadi negara yang paling merusak iklim di dunia”.

Perubahan Iklim Di Indonesia Saat Ini

Pengukuran pada tahun 2013 menunjukkan bahwa total emisi GRK Indonesia adalah 2161 juta metrik ton karbon dioksida, yaitu 4,47% dari total.

Cop26, Fokus Mitigasi Perubahan Iklim

Emisi GRK di Indonesia berasal dari kebakaran hutan, deforestasi dan pembakaran gambut. Bergantung pada tingkat keparahan kebakaran hutan, Indonesia dapat menempati peringkat ketiga hingga keenam penghasil emisi GRK tahunan terbesar.

Batubara diperkirakan akan menyediakan sebagian besar energi Indonesia pada tahun 2025. Indonesia merupakan salah satu produsen dan pengekspor batubara terbesar di dunia.

Untuk mempertahankan komitmennya terhadap Perjanjian Paris, Indonesia harus membangun pembangkit batu bara baru dan menghentikan pembakaran batu bara pada tahun 2048.

Ladang angin pertama di Indonesia dibuka pada tahun 2018, Pembangkit Listrik Tenaga Angin Serap berkapasitas 75 MW di Kabupaten Senring Reping, Sulawesi Selatan.

Adaptasi Dan Mitigasi Perubahan Iklim, Bmkg Dan Bappenas Susun Rencana Aksi Nasional

Pandemi Asia Tenggara 2010 merupakan krisis polusi udara yang melanda negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada Oktober 2010.

Itu terjadi Oktober lalu saat musim kemarau ketika petani kecil membakar hutan secara ilegal di Dumai dan Bengkalis di provinsi Reo Sumatera.

Pada tahun 2015, terjadi kebakaran hebat di Indonesia yang berlangsung selama hampir dua bulan. Perut adalah bahan bakar utama. El Nino membawa musim yang sangat kering yang memperburuk keadaan.

Kebakaran ini menghasilkan GRK yang cukup bagi Indonesia untuk menghasilkan lebih banyak emisi daripada Amerika Serikat selama 38 hari.

Indonesia, Negeri Paling Awal Di Dunia Akan Alami Dampak Ekstrem Perubahan Iklim

Pemerintah Indonesia telah secara sukarela berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK minimal 26% pada tahun 2020 dan 29% pada tahun 2030.

Namun, Indonesia tidak efektif dalam mengimplementasikan kebijakan untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris. Pada tahun 2018, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah meningkatkan emisi. Kebijakan tersebut meliputi pembangunan 100 PLTU, peningkatan produksi minyak sawit, dan peningkatan penggunaan biofuel.

Indonesia sedang mengembangkan kebijakan iklim terkait penggunaan lahan dan deforestasi. Larangan pembukaan hutan primer dan lahan gambut diperpanjang dari 2 tahun menjadi 4 tahun.

Pemerintah Indonesia bertujuan untuk mengurangi kemiskinan hingga 4 persen pada tahun 2025, tetapi kebijakan iklim yang kuat membuat tujuan tersebut tidak mungkin tercapai. Bantuan internasional dapat memungkinkan Indonesia untuk mengurangi emisi hingga 41 persen pada tahun 2030.

Sindografis: Ri Bisa Menjadi Contoh Solusi Penanganan Perubahan Iklim Di Dunia

Pada tahun 2020, “Indonesia akan mulai memasukkan rekomendasi dari Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon yang baru ke dalam Rencana Pembangunan Nasional 2020-2024.” Konservasi dan restorasi mangrove akan memainkan peran penting dalam memenuhi tujuan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga lebih dari 43% pada tahun 2030.

Juga pada bulan Februari 2020, perubahan yang diusulkan pada deregulasi lingkungan menimbulkan kekhawatiran baru, dan “dapat memungkinkan perkebunan dan tambang ilegal menutupi operasi mereka.”

Pada 2019, sekitar setengah dari ibu kota Indonesia, Jakarta, berada di bawah permukaan laut, dengan beberapa daerah turun “secepat 23 sentimeter per tahun”.

Jika emisi karbon terus berlanjut pada tahun 2019, bersamaan dengan penggunaan air tanah secara ilegal, diperkirakan 95% Jakarta Utara akan terendam pada tahun 2050.

Perubahan Iklim Ancam Masa Depan Kopi Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan suhu udara di Indonesia akan meningkat 0,5 derajat Celcius pada tahun 2030. Seiring dengan peningkatan suhu udara, kasus kekeringan juga akan meningkat di Sumatera bagian selatan. Kepulauan, sebagian besar Jawa, Madurai, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2030. Sebaliknya, pada musim hujan, jumlah curah hujan maksimum meningkat menjadi 40%. Dibandingkan dengan hari ini.

Akibat perubahan iklim, penurunan kadar oksigen di wilayah khatulistiwa, termasuk Indonesia, dapat berdampak lebih serius dibandingkan di negara dengan empat musim. Lautan saat ini berbeda berdasarkan kedalamannya, lautan menciptakan permukaannya sendiri. Proses stratifikasi ini menghasilkan banyak oksigen yang terkonsentrasi di bagian atas untuk menghasilkan banyak biomassa berupa ikan dan ganggang. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science edisi 5 Januari 2018 menyatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan penipisan oksigen di lautan. Karena itu, rantai makanan dan biota laut yang membutuhkan oksigen jelas akan musnah. Studi tersebut menemukan bahwa luas lautan terbuka yang kekurangan oksigen empat kali lebih besar. Hal ini juga terjadi di muara, teluk dan daerah pesisir sejak tahun 1950-an. Sebuah studi berjudul “Penipisan Oksigen di Perairan Laut dan Pesisir Global” menunjukkan bahwa suhu air permukaan meningkat. Suhu hangat ini menyerap oksigen di permukaan. Perubahan ini dapat merusak rantai makanan yang menjadi tumpuan hidup manusia. Pemanasan global juga akan meningkatkan suhu, sehingga jika hal ini terjadi dikhawatirkan produksi biomassa tidak akan berkelanjutan akibat kenaikan suhu. Yang ditanam tidak akan ditanam, yang kuat akan melemah, sehingga rantai makanan semakin tidak merata.

Perubahan suhu permukaan laut yang hangat merupakan ancaman bagi kehidupan terumbu karang. Padahal, keberadaan terumbu karang sangat penting bagi reproduksi ikan. Jika laut di Indonesia berkurang sebagai sumber makanan, ikan pasti akan bermigrasi. Hal ini akan berdampak pada semakin sulitnya nelayan mencari ikan. Selain kesulitan mencarikan sekolah bagi nelayan, risiko badai besar dan air pasang juga meningkat.

Sebuah survei tahun 2019 oleh YouGov dan University of Cambridge menemukan bahwa Indonesia memiliki persentase penyangkal perubahan iklim tertinggi (18 persen), diikuti oleh Arab Saudi (16 persen) dan Amerika Serikat (13 persen). Bahkan orang Eropa dan Amerika mulai bersentuhan. Negara, kasus degradasi lingkungan semakin parah di Indonesia. Selain itu, arah kebijakan pemerintah justru menguntungkan kapitalisme dan mengancam masa depan lingkungan.

Buku Perubahan Iklim Dan Pemanasan Global

Ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change, atau IPCC, baru-baru ini mengeluarkan peringatan berupa “Code Red for Humanity”. Demikian diumumkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada 9 Agustus 2021 setelah publikasi temuan Kelompok Kerja IPCC. Peringatan ini tidak hanya untuk beberapa negara tetapi untuk seluruh dunia termasuk Indonesia.

Menurut prediksi ilmuwan anggota IPCC, pemanasan global yang menjadi penyebab bencana cuaca parah di seluruh dunia tidak akan terkendali dalam 20 tahun mendatang. Namun ada catatan jika kita masih beraktivitas seperti biasa atau

Analisis tersebut menunjukkan bahwa dari 14.000 penelitian terkait perubahan iklim, peningkatan suhu global sebesar 1,1 derajat Celcius disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Salah satunya adalah industri pembangkit listrik yang sebagian besar bahan bakarnya masih menggunakan batu bara.

Peningkatan suhu global sebesar 1,1 derajat Celcius sepertinya angka yang kecil. Namun, jika menyangkut suhu tanah, efeknya sangat besar dan menghancurkan. Disebut hujan lebat, puting beliung, banjir, dan kemarau panjang yang menyebabkan kebakaran besar.

Perubahan Iklim Di Indonesia

Salah satu dampak perubahan iklim yang paling mengkhawatirkan adalah terjadinya gelombang panas ekstrem dalam beberapa bulan terakhir. Dimana di sebagian besar negara Eropa dan Amerika, kebakaran dialami hingga ratusan titik.

Termasuk juga pencairan permafrost, serta kebakaran terbesar dalam sejarah yang baru-baru ini terjadi di Siberia, padahal Siberia adalah wilayah berpenghuni terdingin di Bumi.

Untuk sektor yang bergantung pada kondisi cuaca tahunan seperti pertanian, jika pemanasan global berlanjut di masa depan, perubahan iklim akan mengubah pola cuaca, yang dapat mengakibatkan penurunan produksi produk pertanian secara signifikan, termasuk bahaya. Kegagalan sering terjadi.

Perubahan iklim juga akan menyebabkan perubahan cuaca di seluruh dunia, yang akan menyebabkan gelombang panas yang lebih sering dan kekeringan jangka panjang, yang menyebabkan kebakaran hutan di wilayah yang lebih luas.

Perubahan Iklim Dalam Bingkai Statistik

Selain itu, saat hujan, intensitasnya bisa berlangsung selama beberapa hari hingga terjadi banjir. Seperti yang terjadi di negara-negara Eropa Barat, mulai dari Jerman, Belanda, dan Belgia. Hujan hari itu telah merenggut sedikitnya 120 nyawa dan 1.300 lainnya masih dalam pencarian.

Sayangnya, kondisi lingkungan di Indonesia tidak begitu baik. Hutan di Kalimantan hingga Papua masih dieksploitasi dan dirusak oleh korporasi, terutama dalam bentuk deforestasi untuk industri ekstraktif.

Kegiatan industri ekstraktif yang mengeksploitasi alam tidak hanya berdampak pada menyusutnya hutan penyerap emisi karbondioksida, tetapi sekaligus memperparah pemanasan global dan mengancam penghidupan jutaan orang, serta turut berperan.

Riset yang dilakukan perseroan mengungkapkan, 159 juta hektar lahan telah ditanami izin investasi di industri konstruksi. 82,91 persen lahan dimiliki secara legal oleh korporasi, sedangkan 29,75 persen lautan dimiliki.

Ri Rugi Lebih Rp500 Triliun Akibat Perubahan Iklim

Data IPBES 2018 juga menyebut setiap tahun Indonesia kehilangan 680 ribu hektare hutan yang merupakan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Sementara itu, data degradasi sungai yang dihimpun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkapkan, dari 105 sungai yang ada, 101 di antaranya tercemar sedang hingga berat.

Tak hanya itu, dari tahun 2013 hingga 2019 diperoleh data yang cukup mengesankan, dimana terungkap bahwa penguasaan lahan sawit di Indonesia saat ini hanya dikuasai oleh 25 taipan saja. Total luas hutan yang dikuasai perusahaan sawit ini adalah 12,3 juta hektar. Dari total luas hutan yang telah mendapat lampu hijau dan izin, 5,8 juta hektare berada di bawah perkebunan kelapa sawit.

Namun di Indonesia, 50-70 juta masyarakat adat hidup dan bergantung pada hutan. Kapan

Perubahan iklim di dunia, perubahan iklim saat ini, dampak perubahan iklim di indonesia, makalah perubahan iklim di indonesia, adaptasi perubahan iklim di indonesia, penyebab perubahan iklim di indonesia, perubahan iklim global, perubahan iklim di indonesia, konferensi perubahan iklim di paris, dampak perubahan iklim, perubahan iklim indonesia, perubahan iklim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like