Kewirausahaan Di Era Revolusi Industri 4.0

Kewirausahaan Di Era Revolusi Industri 4.0 – Sebelumnya, saya mengucapkan terima kasih kepada para anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Jakarta (Usahid) yang telah mengundang saya untuk menjadi narasumber dalam program diskusi mereka. Kemarin, 28 September 2019, diadakan acara diskusi di Lobi Utama lantai 1 dengan topik: “Kewirausahaan di era revolusi 4.0” dengan motto “Dari Nol Menjadi Pengusaha Baru yang Sukses”. Ini merupakan pengalaman pertama saya menjadi narasumber dalam talkshow dengan topik “Entrepreneurship and Industrial Revolution 4.0”. Pameran ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan jiwa wirausaha mahasiswa khususnya di era revolusi industri 4.0 saat ini. Selain saya, ada 2 narasumber lain yang juga diundang untuk berbagi ceritanya, yaitu: Kan Maulana Hakim selaku CEO Teguk Kopi, perusahaan pertama yang menjual minuman tersebut, yang sudah memiliki lebih dari 70 cabang di Jabodetabek, dan teteh Jenny. Iain Sakina selaku pemilik @Itsmostly, seleb dengan lebih dari seratus ribu followers yang menjual hijab seharga ratusan juta rupiah setiap bulannya. Sekitar 100 mahasiswa dari USAhid dan beberapa universitas lain yang turut diundang mengikuti acara diskusi tersebut.

Saya tiba di UShid sekitar pukul 08:15, sedikit lebih awal dari acara yang dijadwalkan dimulai sekitar pukul 08:30. Terima kasih kepada rekan saya Arief R. Ramadhan yang bersedia menemani kami ke Usahid. Acara dibuka oleh dua mahasiswa MS dari USAhid dan sambutan dari Associate Dean of Engineering USAhid, Bapak Soekahyadi, St. Peach, Montana. Kemudian kami berdiri bersama dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Meski tidak bisa dinyanyikan, ternyata lagu kebangsaan ini saya kenal baik. Dilanjutkan dengan tarian tradisional yang dibawakan oleh dua mahasiswi USAhid, dilanjutkan dengan video animasi perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga Revolusi 4.0 yang telah dipersiapkan dengan sangat baik oleh tim panitia. Video ini mencakup sebagian besar presentasi singkat yang telah saya siapkan sebelumnya. Memasuki acara inti, Kang Maulana, Tante Jenny dan saya diajak ke atas panggung, didampingi Ibu Kateryna Setyawati, ST., MT., Associate Director Program Riset Teknik Industri USAhid, yang menjadi moderator diskusi panel ini. . Setiap pakar diberi waktu 15 menit untuk mempresentasikan tentang pekerjaan yang dilakukan dan relevansinya dengan kewirausahaan dan revolusi industri 4.0. Setelah itu, para peserta berkesempatan untuk bertanya kepada narasumber.

Kewirausahaan Di Era Revolusi Industri 4.0

Ini adalah kesempatan pertama saya untuk berbicara dan saya memutuskan untuk membahas sejarah revolusi industri sebelum Industri 4.0, ciri-cirinya dan bagaimana pemerintah Indonesia menyikapi revolusi ini. Sebelum memulai, saya jelaskan secara singkat apa itu DOKU, perusahaan pembayaran pertama dan terbesar di Indonesia. Beberapa anggota mengenal DOKU sebagai e-money dan dompet, namun sebenarnya DOKU pertama kali didirikan pada tahun 2007 sebagai payment gateway yang menghubungkan merchant dan bank. Saat ini, DOKU melayani lebih dari 150.000 Pedagang. Selain itu, DOKU juga memiliki usaha penarikan uang (transfer uang).

Kompetisi Business Plan Dan Desain Poster Kewirausahaan Tingkat⁣⁣ Mahasiswa 2021

Revolusi Industri dimulai pada abad ke-18, ketika pekerjaan yang sering dilakukan dengan tangan mulai digantikan oleh mesin-mesin mekanis bertenaga air dan uap. Kemudian, di awal abad ke-20, Revolusi Industri 2.0 dimulai, dimana produksi massal menjadi kenyataan dengan bantuan teknologi ban berjalan dan listrik. Pada tahun 1970-an, Revolusi Industri 3.0 dimulai dengan munculnya komputer, yang membuat proses manufaktur otomatis menjadi kenyataan. Saat ini, revolusi industri 4.0 dimulai, ketika mesin virtual dapat saling terhubung melalui Internet.

Ada delapan komponen yang membentuk Industri 4.0. Dimulai dengan mesin yang dapat bekerja secara mandiri (autonomous robots) yang merupakan produk akhir dari Industri 3.0. Perangkat ini mengumpulkan data dalam skala besar dan melakukan analisis terhadap data tersebut (big data analytics). Hasil analisis divalidasi melalui proses pemodelan (simulasi) yang dilakukan secara visual (augmented reality) atau secara fisik (additive manufacturing/3D printer). Perangkat ini terhubung (integrasi sistem) baik di dalam perusahaan (vertikal) maupun antar perusahaan (horizontal). Perangkat yang terhubung ini dapat diproduksi secara massal (Industrial Internet of Things) dengan tingkat keamanan yang tinggi untuk mencegah penyalahgunaan (cyber​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

Pemerintah Indonesia sendiri tidak tinggal diam dengan datangnya revolusi industri 4.0, menyiapkan program pemerintah yang diberi nama “Make Indonesia 4.0”. Indonesia bertujuan membangun industri manufaktur yang kuat untuk mencapai ambisinya menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar dunia. Beberapa target utama pemerintah adalah meningkatkan ekspor neto hingga 10% dari produk domestik bruto, melipatgandakan rasio produksi terhadap pengeluaran dan mengalokasikan 2% dari produk domestik bruto untuk penelitian dan pengembangan. Untuk mulai menggunakan teknologi ini, Indonesia akan fokus pada lima sektor utama, yaitu makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, mobil, bahan kimia, dan elektronik. Indonesia juga akan berkontribusi dalam implementasi 10 prioritas nasional, yaitu: peningkatan arus barang dan material, penataan kawasan industri, penyelesaian standar berkelanjutan, perluasan peluang UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), pembangunan infrastruktur digital nasional, menarik investor asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penciptaan ekosistem baru, insentif untuk investasi di bidang teknologi dan harmonisasi hukum dan kebijakan. Saya tekankan pada poin keempat bahwa pemerintah berkomitmen untuk memberdayakan UMKM. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi siapa saja yang ingin berwirausaha di era Industri 4.0 ini. Presentasi saya diakhiri dengan pernyataan penutup yang jujur: “Jika Anda sedang membangun bisnis, jangan lupa untuk apa Anda dibayar? Gunakan DOKU”.

Kemudian giliran Kang Maulana yang memperkenalkan Taeguk Indonesia dan pengalamannya merintis usaha hingga mencapai tingkat kesuksesannya saat ini. Kan Maulana awalnya adalah seorang pekerja kantoran yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional. Sampai pada titik tertentu, ia merasa semua kerja kerasnya tidak berpengaruh langsung pada dirinya, dan dengan dukungan keluarga terutama ayahnya, ia memutuskan untuk menjadi pengusaha. Di sisi lain, Teteh Jenny berbagi pengalaman hidupnya ketika ia lahir dari keluarga miskin, namun karena keadaan ia tidak bisa melanjutkan kuliah. Keterbatasan ini tidak menjadi kendala, namun memberikan motivasi yang lebih besar lagi untuk membangun bisnis. Dengan sedikit uang, ia mulai berjualan secara online menggunakan platform media sosial Instagram. Kan Maulana dan Teteh Jenny berhasil menyemangati para mahasiswa yang hadir untuk mengikuti jejak mereka menjadi pengusaha kecil yang sukses. Informasi penting: Tetech Jenny baru berusia 20 tahun.

Seminar Nasional Iluni 2018: Guru Kreatif Dan Berjiwa Kewirausahaan Di Era Revolusi Industri 4.0.

Pada sesi tanya jawab, muncul beberapa pertanyaan dari peserta yang sangat menarik untuk didiskusikan. “Bagaimana menemukan ide bisnis yang tepat?” “Bagaimana cara meyakinkan diri untuk menjadi pengusaha?”. “Bagaimana cara menjual produk pertama kali?”. “Dan jika itu tidak berhasil?”. Keempat pertanyaan tersebut dijawab oleh Kan Maulana dan Teteh Jenny berdasarkan pengalaman mereka, sedangkan saya akan mencoba menambahkannya berdasarkan teknik yang saya ketahui. Strategi pembangkitan ide, validasi ide, perencanaan, pemasaran awal dan strategi keluar.

Di era keterbukaan ini, ide bisnis bisa ditemukan di mana saja. Media sosial bisa menjadi alat promosi yang hebat jika kita memilih untuk mengikuti akun yang bagus. Di dunia ini tidak ada ide nyata, sedikit modifikasi dari ide yang sudah ada.

Setelah menemukan keteraturan pembangkitan ide bisnis, banyak ide bisnis akan muncul tanpa disadari. Namun, manusia pasti memiliki keterbatasan, baik tenaga maupun waktu. Oleh karena itu, proses validasi ide diperlukan untuk memutuskan ide bisnis mana yang akan diterapkan. Ide bisnis yang baik adalah yang dapat memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi target market, ini adalah syarat pertama dan utama. Ada banyak metode untuk memvalidasi ide, salah satunya adalah design thinking. Intinya, kita harus bisa merasakan masalah yang sedang kita hadapi, mendeskripsikan masalah dengan cara yang lebih terstruktur, mengembangkan ide untuk menyelesaikan masalah, mengimplementasikan solusi dalam bentuk prototipe, dan kemudian mengujinya dengan calon pengguna dan mendapatkan saran dan masukan. dari mereka. Proses ini dapat diulangi hingga Anda menemukan ide bisnis terbaik.

Setelah membuat konsep bisnis, langkah selanjutnya adalah perencanaan yang matang. Ibarat mau lompat dari pesawat, beda rasanya antara lompat gara-gara ngeluarin uang sembarangan dan skydiving. Oleh karena itu, perencanaan merupakan salah satu kunci terpenting untuk membangun kepercayaan diri menjadi seorang entrepreneur. Banyak metode yang dapat digunakan untuk perencanaan, salah satunya adalah business model canvas. Ada sembilan poin kunci untuk didefinisikan dalam Business Model Canvas. Langkah pertama adalah menentukan proposisi nilai yang unik, nilai yang ingin Anda sampaikan kepada pengguna potensial yang berbeda dari ide bisnis yang ada. Setelah itu, Anda bisa melanjutkan dengan menentukan target pasar, relasi seperti apa yang ingin Anda bangun dengan target pasar dan bagaimana strategi pemasarannya. Selain target pasar, perlu juga mengidentifikasi kelompok eksternal yang akan mendukung penerapan ide bisnis ini. Selain itu, sama pentingnya untuk menentukan tugas utama yang perlu dilakukan setiap hari dan siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas tersebut. Diakhiri dengan menyusun rencana keuangan 2-5 tahun ke depan, dimulai dengan menentukan sumber pendapatan dan pengeluaran.

Bagaimana Kesiapan Pengusaha Hadapi Revolusi Industri 4.0?

Tips Perencanaan: Model Bisnis: Proposisi Nilai Unik (USP), Segmen Pelanggan, Hubungan Pelanggan, Saluran, Mitra Utama, Fungsi Utama, Sumber Daya Utama, Struktur Biaya, Arus Pendapatan.

Menarik untuk menjawab pertanyaan bagaimana menjual produk terbaik pada tahap pertama. Jika bisnis didasarkan pada media sosial, bekerja dengan influencer mungkin menjadi pilihan, tetapi biayanya mungkin kurang terukur. Opsi lain yang sangat saya rekomendasikan adalah membuat atau berpartisipasi dalam komunitas yang terkait dengan produk yang Anda buat. Cara lain adalah dengan menggunakan Internet dan teknik optimasi mesin pencari (SEO) yang mudah dipelajari. Cara lain yang sangat efektif adalah memasang Google Ads, namun cara ini tidak disarankan bagi para pengusaha karena biaya yang dikeluarkan bisa sangat tinggi.

Ide

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like