Pulau Bangka Belitung Terletak Di Provinsi

Pulau Bangka Belitung Terletak Di Provinsi – 2°15′LS 106°00′BT / 2.250°LS 106.000°BT  / -2.250; 106 000 Koordinat: 2°15′S 106°00′BT  / 2.250°S 106 000°BT  / -2.250; 106.000

Pulau Bangka, Jawi: ڤولو بڠكـ adalah sebuah pulau di sebelah timur Sumatera, Indonesia dan termasuk dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Populasinya pada tahun 2004 adalah 789.809 jiwa. Luas Pulau Banka adalah 11.693,54 km².

Pulau Bangka Belitung Terletak Di Provinsi

Bangka, menurut bahasa sehari-hari masyarakat Bangka berarti “tua” atau “sangat tua”, sehingga Pulau Bangka dapat diartikan sebagai “pulau tua”. Mengenai kandungan mineral yang terdapat di daerah ini, Pulau Bangka memiliki banyak kandungan mineral, tentunya dari proses alam yang telah ada selama jutaan tahun. Contoh lainnya adalah pertambangan timah, makanya orang menyebutnya Pulau Bangka.

Peta Bangka Belitung Lengkap 6 Kabupaten 1 Kota

Kata bangka mungkin berasal dari kata wangka yang berarti timah. Karena kaleng ditemukan di daerah ini, maka disebut Pulau Timach. Karena pergantian atau perubahan bunyi bahasanya, orang suka menyebut pulau ini dengan nama Pulau Bangka atau pulau timah. Secara tradisional Pulau Bangka tidak memiliki penduduk asli, semua penduduknya berasal dari suku yang disebut suku Sekak. Masyarakat masih menganut animisme. Kemudian masuk ke bangsa Melayu dari negeri Malaka dan agama Islam yang berkembang hingga sekarang.

Pulau Bangka terletak di pesisir timur Sumatera Selatan, berbatasan dengan Laut Cina di sebelah utara, Pulau Belitung di sebelah timur dan Laut Jawa di sebelah selatan, yaitu 1°20′-3°7LS LS dan 105° – 107° Bujur E, dari barat laut ke tenggara – ± 180 km. Pulau ini memiliki lahan basah, dataran rendah, perbukitan dan perbukitan yang terdapat hutan hujan sedangkan lahan basah memiliki mangrove. Lahan basah Pulau Bangka tidak jauh berbeda dengan lahan basah Pulau Sumatera, sedangkan yang membuat pantai ini unik dibandingkan daerah lain adalah lereng pasir putih di pantai yang dilapisi granit.

Kabupaten Bangka memiliki luas ± 2.950,68 km², dengan jumlah penduduk 217.545 pada tahun 2003. Batas wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut:

Iklim Pulau Bangka adalah tropis tipe A dan musim hujan dari bulan Juni sampai Desember. Rata-rata curah hujan tahunan = 220 hari atau 343,7 mm per bulan. Suhu udara rata-rata 26°C – 28,1°C dan kelembaban sekitar 76-88.

Bingung Mau Wisata Pilih Tempat Wisata? Yuk Intip Pulau Bangka Belitung

Menurut data meteorologi Pangkalpinang tahun 1998, iklim Kabupaten Bangka adalah Tropis tipe A dengan curah hujan berkisar 107,6-343,7 mm per bulan. Jadi menurut Schmt-Ferguson, pada tahun 1999 variasi curah hujan antara 70,10 sampai 384,50 mm per bulan. Musim hujan normal berlangsung dari Oktober hingga April. Musim hujan dan musim kemarau di Kabupaten Bangka juga dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim barat dan musim tenggara. Angin muson barat pada bulan November, Desember dan Januari terutama mempengaruhi bagian utara Pulau Bangka. Saat ini angin musim tenggara dari Laut Jawa mempengaruhi cuaca di bagian selatan Pulau Bangka. Jumlah curah hujan, hari hujan, arah angin dan rata-rata kecepatan angin setiap bulannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Pada tahun 2003, jumlah penduduk Kabupaten Bangka adalah 217.545 jiwa yang terdiri dari 107.213 laki-laki (49,28%) dan 110.337 perempuan (50,72%) dengan kepadatan penduduk rata-rata 74 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Sungailiat (379,13 jiwa/km2) yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Bangka, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Bakam (30,81 jiwa/km2).

Sejak tahun 1710, Pulau Bangka menjadi salah satu penghasil timah terbesar di dunia. Saat ini, proses produksi timah sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah Indonesia. Sumber ekonomi masyarakat Pulau Banka, selain timah, berasal dari sektor pertanian yaitu lada, lada hitam, karet dan kelapa sawit yang juga dihasilkan di Pulau Banka, dan sektor kelautan yaitu ikan dan lain-lain. makanan laut. banyak produk di pantai Banka.

Pulau Banka merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang, akibat jatuhnya kekuasaan Kesultanan Palembang, kemudian wilayah Banka diserahkan kepada Inggris pada tahun 1812. Pada tahun 1814, pemerintah Inggris memindahkan Pulau Banka. dan Cochin melalui India, sebelumnya di bawah Belanda. Selama Perang Dunia II, pemerintah Jepang saat itu menguasai Pulau Banka dari tahun 1942 hingga 1945. Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tahun 1945, sama seperti hampir seluruh Indonesia kehilangan kekuasaan, pulau Bangka setelah deklarasi perang. Kemerdekaan menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1949. Pulau Bangka dan Pulau Belitung merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan hingga tahun 2000 setelah perubahan peta politik Indonesia dan bencana yang terjadi pada tahun 1998 yang menyebabkan jatuhnya rezim Soeharto. , atas desakan masyarakat Pulau Banka dan Pulau Belitung, maka pada tahun 2000 Pulau Banka dan Pulau Belitung kemudian secara resmi diakui sebagai provinsi dan lepas dari Sumatera Selatan dan resmi diakui sebagai provinsi dengan nama Bank Kepulauan Belitung.

Prov. Kepulauan Bangka Belitung

Catatan sejarah menunjukkan bahwa Pulau Bangka ketika berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pernah dihuni oleh umat Hindu pada abad ke-7 dan Pulau Bangka dimasukkan sebagai gelar kerajaan besar ini. Selain di wilayah Sriwijaya, Pulau Bangka juga merupakan lokasi banyak kerajaan besar dari pulau Jawa, seperti Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Uruk dan istrinya Mahapatih Gaja Mada serta Kerajaan Mataram. juga tercatat sebagai kerajaan yang pernah menguasai pulau Bangka.

Namun baik pada masa kerajaan Sriwijawa maupun kerajaan Majapahit atau Mataram, Pulau Bangka kurang mendapat perhatian padahal letaknya yang strategis di tengah lalu lintas perdagangan internasional. Baru setelah perdagangan dari daratan Asia dan Eropa mengalir deras ke Indonesia, Pulau Bangka mulai mendapat perhatian setelah ditemukannya rempah-rempah. Kurangnya perhatian terhadap pulau Bangka dan Belitung menyebabkan banyak perompak yang menggunakan pulau Bangka dan Belitung sebagai tempat persembunyian kapalnya, sehingga mengakibatkan penderitaan warga.

Untuk mengatasi kekacauan dan melindungi kapal di sekitar Selat Malaka, Sultan Johor dan sekutunya Sutan dan Raja Alam Harimau Garang menempatkan pasukan di pulau itu. Setelah misi pembebasan Pulau Bangka dan Pulau Belitung berhasil, Sultan Johor dan sekutunya mengembangkan Islam di pemukiman mereka di Kotawaringin dan Bangkota. Namun sayangnya hal tersebut tidak berlangsung lama, setelah itu Pulau Bangka kembali menjadi sarang bajak laut.

Merasa sakit hati dengan ketidakpastian kapal di sekitar perairan Malaka, khususnya di sekitar pulau Bangka dan Belitung, apalagi setelah kapal-kapal tersebut dirampas oleh para saudagar Banten, maka Sultan Banten mengutus bupati Nusantara untuk mengusir para perompak. bekerja di sekitar dua pulau. di sebuah. Setelah kedua pulau itu dikuasai, Bupati Nusantara memerintah Bangka untuk sementara waktu dengan gelar Raja Muda. Dikisahkan pula bahwa penguasa Banten, Ratu Bagus, yang terpaksa mundur akibat konfliknya dengan Sultan Palembang, pergi ke kota Bangka dan wafat di sana.

Destinasi Wisata Pulau Bangka Yang Tiada Duanya

Sepeninggal Bupati Nusantara, kekuasaan jatuh ke tangan putri satu-satunya, dan sejak putri ini menikah dengan Sultan Palembang, yaitu Sultan Abdurahman, maka pulau Bangka dan Belitung otomatis kembali menjadi milik Kesultanan. Palembang dari (1659-1707).

Namun, Ratu Anum Kamaruddin, adik dari Ratu Muhammad Mansur, kemudian mengangkat dirinya sebagai Sultan Palembang, dan menggantikan kakak laki-lakinya (1715-1724), meskipun saudara laki-lakinya telah menasihatinya sebelum meninggal bahwa putranya Mahmud Badaruddin adalah keturunan Johor dan Siantan, meski secara resmi bernama Sultan Palembang.

Namun pada tahun 1724, Mahmud Badaruddin dengan bantuan angkatan bersenjata Sultan Johor merebut kembali Palembang dari tangan pamannya.

Kekuasaan atas pulau Banka kemudian diserahkan oleh Mahmud Badaruddin kepada Wan Akup, yang pindah dari Xiantan ke Banka bersama dua adik laki-lakinya, Wan Abduljabar dan Wan Serin.

Tempat Wisata Bangka 2023, Pantai, Bukit, Hutan Yang Alami

Sekitar tahun 1709, timah ditemukan yang pertama kali ditambang di Sungai Olin di Distrik Toboali oleh masyarakat Johor berdasarkan pengalaman mereka di Semenanjung Malaka. Dengan ditemukannya timah, Pulau Bangka mulai didatangi berbagai macam kapal dari Asia dan Eropa. Perusahaan pertambangan timah juga berkembang pesat, sehingga Sultan Palembang mengirim anak buahnya ke semenanjung Cina untuk mencari tenaga profesional yang lebih dibutuhkan.

Pada tahun 1717 hubungan perdagangan dipertahankan dengan VOC melalui penjualan timah. Dengan bantuan kompi ini, Sultan Palembang berusaha membasmi para perompak dan penyelundup timah. Pada tahun 1755, pemerintah Belanda mengirimkan misi dagang ke Palembang yang dipimpin oleh Van Haack, yang bermaksud untuk mengeksplorasi tambang timah dan lada di Banka. Sekitar tahun 1722, VOC mengadakan perjanjian pengikatan dengan Sultan Ratu Anum Kamaruddin untuk membeli monopoli timah tersebut, yang menurut Van Haack, perjanjian antara pemerintah Belanda dengan Sultan Palembang tersebut berisi:

Kemudian pada tahun 1803 pemerintah Belanda kembali mengirimkan misi yang dipimpin oleh V.D. Bogarts dan Kapten Lombard, yang bermaksud melakukan penyelidikan menyeluruh atas timah di Bank.

Perjanjian Tuntang pada 18 September 1811 membawa akhir yang berbeda ke Pulau Bangka. Pada hari ini ditandatangani akta penyerahan oleh Belanda kepada Inggris, dimana pulau Jawa dan wilayahnya, Timor, Makassar dan Palembang beserta wilayahnya menjadi jajahan Inggris.

Kumpulan Lagu Daerah Bangka Belitung

Raffles mengirimkan utusannya ke Palembang untuk menguasai loji-loji Belanda di Sungai Aur, namun mereka ditolak oleh Sultan Mahmud Badaruddin II, karena kekuasaan Belanda di Palembang sebelum Tuntang menyerah. Raffles tidak puas dengan penolakan Sultan dan tetap menuntut penyerahan Sungai Aur Loji, juga menuntut Sultan menyerahkan tambang bijih besi di pulau Bangka dan Belitung.

Pada tanggal 20 Maret 1812 Raffles mengirimkan ekspedisi ke Palembang yang dipimpin oleh Jenderal Robert Rollo Gillespie. Tapi Gillespie gagal bertemu dengan Sultan dan kemudian Inggris mulai menerapkan kebijakan “Dive et Impera”. Gillespie mengangkat Pangeran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like