Perkembangan Masyarakat Pada Masa Orde Baru

Perkembangan Masyarakat Pada Masa Orde Baru – 2 Konteks Meskipun merdeka, Indonesia berada dalam keadaan yang relatif tidak stabil antara tahun 1950-an dan 1960-an. Bahkan setelah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, situasi politik dan ekonomi di Indonesia masih belum stabil akibat persaingan yang ketat antar kelompok politik. Keputusan Soekarno mengganti sistem parlementer dengan demokrasi terpimpin memperburuk keadaan ini dengan memperparah persaingan antara angkatan bersenjata dengan PKI yang pada saat itu hendak mempersenjatai diri.

Sebelum hal tersebut sempat terjadi, terjadi peristiwa Gerakan 9/30 yang berujung pada pengusiran PKI dari Indonesia. Sejak saat itu, kekuatan Soekarno perlahan mulai melemah. Lahirnya Ordo 11 Maret 1966 (Supersemar) Orde baru lahir dari Orde 11 Maret (Supersemar) 1966 yang kemudian menjadi dasar legalitasnya.

Perkembangan Masyarakat Pada Masa Orde Baru

4 Orde baru bertujuan untuk mewujudkan ketertiban seluruh kehidupan berbangsa, berbangsa dan bernegara berdasarkan penerapan murni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lahirnya Supersemar terjadi melalui rangkaian peristiwa pada tanggal 11 Maret 1966. Sidang pemerintahan Dwikora yang dipimpin Presiden Soekarno telah berakhir. Di tengah acara, seorang pembantu presiden melaporkan bahwa pasukan tak dikenal telah mengepung istana.

Makalah Indonesia Pada Masa Orde Baru Dan Reformasi

5 Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II dr. Johannes Leimena dan mereka pergi ke Istana Bogor, didampingi Wakil Direktur I Dr Subandri dan Wakil Direktur II Chaerul Saleh. Leimena sendiri mengikuti presiden tepat setelah sidang berakhir. Di tempat lain, tiga perwira tinggi, yakni Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen M. Yusuf dan Brigjen Amir Machmud bertemu dengan Letnan Jenderal Suharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat dan Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk meminta izin, di depan presiden.

6 Segera setelah mendapat izin, ketiga perwira senior ini langsung ke Istana Bogor pada hari yang sama dengan tujuan melaporkan situasi di ibukota Jakarta untuk meyakinkan Presiden Soekarno bahwa ABRI, khususnya Angkatan Darat, dalam keadaan siaga. Namun, mereka juga meminta Presiden Soekarno mengambil langkah-langkah untuk mengatasi situasi ini. Menanggapi permintaan tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Suharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat untuk bertindak menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia. Indonesia.

7 Dalam merumuskan mandat tersebut, tiga perwira senior ABRI turut membantu, yakni Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen M. Yusuf, Brigjen Amir Machmud dan Brigjen Subur, Pangdam Cakrabirawa. Amanat ini kemudian dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar.

Menyusul keluarnya perintah pada 11 Maret itu, Letnan Jenderal Suharto melakukan beberapa tindakan. Pada tanggal 12 Maret 1966, beliau mengeluarkan dekrit yang berisi tentang pembubaran dan pelarangan Partai Komunis Indonesia serta ormas-ormas yang melindungi dan melindunginya dari menjalankan aktivitasnya dan berada di wilayah Indonesia, keputusan yang kemudian diperkuat dengan dekrit RI. Presiden/Panti ABRI ABRI/Mandataris MPRS No. 1/3/1966 tanggal 3/12/1966.

Ringkasan Perkembangan Politik Ekonomi Dan Kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa Orde Baru​

9 Pada 18 Maret 1966, Soeharto meyakinkan 15 menteri yang diketahui terlibat dalam Gerakan 9/30 dan yang etika baiknya dipertanyakan sebagaimana tertuang dalam Keppres No. 5 Ia kemudian memulihkan Kabinet Dwikora pada 18 Maret 1966, yang menyempurnakan dan membersihkan lembaga legislatif, termasuk MPRS dan DPRGR, dari orang-orang yang diduga terlibat Gerakan 30 September. Keanggotaan PKI dalam MPRS dinyatakan batal demi hukum, kedudukan MPRS dikembalikan sesuai dengan UUD 1945, yaitu di atas Presiden, bukan sebaliknya.

Soeharto juga memisahkan jabatan pimpinan DPRGR dengan eksekutif, sehingga pimpinan DPRGR tidak lagi menduduki jabatan menteri.Pada tanggal 20 Juni sampai dengan 5 Juli 1955 diadakan Sidang Umum MPRS IV dengan hasil sebagai berikut : IX/MPRS/1966 tentang pengesahan dan pengukuhan Supersemar. Peraturan MPRS no. X/MPRS/1966 mengatur kedudukan lembaga negara di tingkat pusat dan daerah. Peraturan MPRS no. XII/MPRS/1966 tentang politik luar negeri bebas dan aktif Republik Indonesia. Peraturan MPRS no. XIII/MPRS/1966 tentang pembentukan kabinet Ampera.

Peraturan MPRS no. XIX/MPRS/1966 tentang Tap Review. MARS Bertentangan dengan UUD 1945, Peraturan MARS no. XX/MPRS/1966 tentang sumber hukum Indonesia dan tata tertib perundang-undangan di Indonesia. Peraturan MPRS no. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran Partai Komunis Indonesia dan deklarasi Partai Komunis Indonesia dan Ormanya sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Hasil Sidang Umum MPRS IV menjadi landasan awal berdirinya Orde Baru dan dianggap berhasil memenuhi dua dari tiga tuntutan rakyat (pemekaran), yaitu pembubaran Partai Komunis Indonesia dan Partai Komunis Indonesia. pembersihan Kabinet Partai Komunis Indonesia.

Untuk memenuhi tiga tuntutan Tritura, Soeharto dengan dukungan Ketetapan MPRS no. XIII/MPRS/1966 membentuk kabinet baru yang disebut Kabinet Ampera.Tugas utama Kabinet Ampera adalah menciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik, atau dikenal dengan Kabinet Dwidarma Ampera. menyelenggarakan pemilihan umum dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Peraturan MPRS No. XI/MPRS/1966 (5 Juli 1968);

Perkembangan Kehidupan Politik Dan Ekonomi Pada Masa Orde Baru

13 memimpin politik luar negeri bebas dan aktif untuk kepentingan nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi no. XI/MPRS/1966; melanjutkan perjuangan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Kabinet Ampera dipimpin oleh Presiden Soekarno, namun pelaksanaannya dilakukan oleh Kabinet Kepresidenan yang dipimpin oleh Jenderal Suharto. Akibatnya, muncul dualisme kepemimpinan yang pada saat itu menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi stabilitas politik.

Militer, terutama yang dilatih di negara-negara Barat, menentang kebijakan pemerintah Soekarno yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia. Masuknya bantuan keuangan dari Uni Soviet dan China juga menambah kekhawatiran bahwa Indonesia akan berubah menjadi negara komunis. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1967, untuk mengatasi situasi konflik yang berkembang saat itu, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Jenderal Suharto.

15 Penyerahan ini tertuang dalam pengumuman Presiden MPRS Mandatiris, Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, tertanggal 20 Februari 1967. Pengumuman tersebut berdasarkan ketetapan MPRS no. XV/MPRS/1966, yang menyatakan bahwa dengan tidak hadirnya Presiden, pemegang Tahta 11 Maret 1966 akan menjalankan fungsi sebagai pemegang jabatan presiden. Pada tanggal 4 Maret 1967, Jenderal Suharto mengeluarkan pengumuman pemerintah sebelum sidang DPRHR tentang pengalihan kekuasaan. Namun demikian, Pemerintah tetap berpendapat perlu diadakannya sidang MPRS agar pelimpahan wewenang tetap konstitusional.

16 Untuk itu diadakan Sidang Istimewa MPRS di Jakarta pada tanggal 7 sampai 12 Maret 1967, dimana Soeharto akhirnya diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia hingga presiden dipilih oleh MPR setelah pemilihan umum. Restrukturisasi kehidupan ekonomi Untuk mengatasi situasi ekonomi yang semrawut warisan pemerintahan orde lama, Pemerintah Orde Baru mengambil langkah-langkah: Reformasi kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Kebijakan ini berdasarkan Peraturan MPRS no. XXIII/MPRS/1966. Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi mengeluarkan garis program pembangunan yaitu Program Penyelamatan dan Program Pemantapan dan Rehabilitasi.

Perkembangan Historiografi Buku Teks Sejarah Di Indonesia Masa Orde Baru Hingga Reformasi

Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan. Penyebab kemacetan ekonomi adalah: Lemahnya pendapatan pemerintah. Pengeluaran pemerintah yang tinggi dan tidak efisien. Ekspansi pinjaman bank yang berlebihan dan tidak efisien. Terlalu banyak kewajiban yang belum terbayarkan ke luar negeri. Penggunaan devisa untuk impor seringkali tidak terfokus pada kebutuhan infrastruktur. Birokrasi untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi

Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, pemerintah Orde Baru menempuh cara-cara sebagai berikut: Pelaksanaan operasi pajak Penerapan sistem pemungutan pajak baru, baik untuk pendapatan maupun kekayaan individu, penghitungan pajak sendiri dan penghitungan pajak rakyat. Menghemat belanja publik (belanja fisik dan rutin) dan menghilangkan subsidi untuk BUMN. Batasi pinjaman bank dan hapuskan pinjaman impor.

19 Pembangunan Nasional Trilogi Pembangunan Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, langkah selanjutnya yang diambil pemerintah Orde Baru adalah mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah pada waktu itu dicapai melalui pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Pembangunan jangka pendek dirancang melalui pembangunan lima tahun (Pelita).

20 Setiap Pelita memiliki misi pembangunan untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembangunan jangka panjang mencakup periode tahun. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan berkelanjutan yang meliputi seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan Pembangunan Nasional Pelita I (1 April 1969 sd 31 Maret 1974) Pelita II (1 April 1974 sd 31 Maret 1979) Pelita III (1 April 1979 sd 31 Maret 1984)

Perkembangan Jalur Transportasi Laut Indonesia

Pelita V (1 April 1989 sd 31 Maret 1994) Pelita VI (1 April 1994 sd 31 Maret 1999) Konflik Pecah Pasca Orde Baru Di awal era reformasi, konflik laten ini antara lain merebak ke publik , berupa konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan Sementara itu, kerusuhan di Papua yang dipicu oleh perasaan diperlakukan tidak adil dalam pembagian hasil pengelolaan sumber daya alam juga dipicu oleh keengganan terhadap transmigran.

22 Manfaat Orde Baru Pertumbuhan PDB per kapita Indonesia dari hanya US$70 pada tahun 1968 menjadi lebih dari US$1.565 pada tahun 1996 Sukses dalam transmigrasi Sukses dalam keluarga berencana Sukses dalam memerangi buta huruf Sukses dalam swasembada pangan Pengangguran minimum Rencana Pembangunan Lima Tahun REPELITA ) Sukses dalam gerakan wajib belajar Sukses dalam gerakan angkat nasional Sukses dalam keamanan internal Investor asing ingin berinvestasi di Indonesia Sukses dalam mengembangkan rasa nasionalisme dan cinta produk nasional

Maraknya korupsi, kolusi, nepotisme Pembangunan Indonesia tidak merata dan munculnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, antara lain karena sebagian besar kekayaan daerah dialihkan ke pusat. ketidakpuasan di berbagai daerah akibat kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua. Transmigran yang menerima subsidi pemerintah yang signifikan di tahun-tahun awal mereka. Meningkatnya ketimpangan sosial (ketimpangan pendapatan antara kaya dan miskin). Pelanggaran hak asasi manusia non-pribumi (khususnya komunitas Tionghoa) Kritik dibungkam dan oposisi dilarang Kebebasan pers sangat dibatasi, diwarnai oleh banyak surat kabar dan majalah yang dilarang

Tidak ada succession plan (penyerahan kekuasaan kepada pemerintah/presiden).

Kehidupan Politik Dan Ekonomi Pada Masa Orde Baru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like