Pemilah Sampah Organik Dan Anorganik

Pemilah Sampah Organik Dan Anorganik – Komposisi sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia sebagian besar adalah sampah organik 60-70%, dan sisanya adalah sampah anorganik 30-40%. Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengurangi jumlah sampah di TPA dengan cara memisahkan sampah untuk diolah. Sampah organik dapat didaur ulang menjadi kompos. Sampah anorganik umumnya sulit terurai, sehingga perlu didaur ulang.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menggalakkan kegiatan pemilahan sampah. Upaya tersebut misalnya gerakan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dan pemilahan sampah organik dan anorganik. Berdasarkan survey pemahaman pemilahan sampah masyarakat Palangkaraya tahun 2016, sebagian besar masyarakat cukup mengetahui pemilahan sampah yang benar. Meski pemahaman masyarakat cukup luas, namun masyarakat masih skeptis terhadap kegiatan pemilahan sampah. Mereka melihat dan merasakan bahwa sampah yang dipisahkan juga akan tercampur di truk dan mobil sampah. Hal ini menyebabkan pencemaran selama proses daur ulang atau penguraian sampah. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya pemilahan sampah rumah tangga.

Pemilah Sampah Organik Dan Anorganik

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu digunakan solusi yang sesuai dengan kondisi dan permasalahannya. Salah satu solusi tersebut adalah pembuatan pemilahan sampah secara otomatis.

Mesin Pencacah Sampah Organik

Sampah yang masuk ke tempat sampah akan dipindai oleh sistem sensor untuk mendeteksi keberadaannya. Setelah itu, bahan sampah akan masuk ke dalam tabung putar berupa jaring untuk memisahkan jenis sampah yang tercampur, misalnya makanan dalam kemasan plastik. Di dalam tabung ini, sampah (makanan) yang lebih kecil akan keluar dari kemasan akibat getaran dan akan jatuh terlebih dahulu. Selain itu, sampah yang berjatuhan akan dipindai oleh sensor untuk mendeteksi jenisnya, apakah masuk kategori sampah organik atau anorganik. Jika termasuk sampah organik, maka akan diarahkan ke tempat sampah organik begitu juga untuk sampah non organik.

A-VASTE BOT menggunakan jaring sebagai filter tahap pertama yang bertujuan untuk memisahkan sampah yang mengandung jenis sampah lain, misalnya sampah kemasan makanan yang masih memiliki residu. Filter mesh ini adalah metode yang efektif untuk mencapai tujuan pemisahan limbah yang diinginkan secara maksimal.

Mekanisme kerja filter jaringan ini melalui beberapa tahapan. Pertama, sampah masuk melalui katup eksternal, kemudian sensor mendeteksi adanya sampah, yang secara otomatis membuat jaring tabung filter berputar. Ketika bahan limbah masuk ke dalam tabung, bahan limbah terguncang yang menyebabkan bahan limbah terpisah antara isi dan kemasannya. Sampah berupa isi yang lebih kecil akan jatuh terlebih dahulu dan sensor akan mendeteksi apakah itu sampah organik atau anorganik. Setelah melewati serangkaian jalur yang dibuat, sampah akan masuk ke wadah sesuai dengan jenis yang ditentukan oleh sensor. Limbah yang tertinggal di dalam pipa berupa kemasan dideteksi oleh sensor organik atau anorganik kemudian masuk ke wadah yang sesuai.

Ketika wadah sudah penuh, akan muncul reminder yang berbunyi seperti notifikasi dan katup eksternal sebagai akses saluran masuk limbah juga akan tertutup. Dengan begitu, sampah tidak akan menumpuk dan sistem dapat bekerja lebih optimal.

Katadata: Gerakan Memilah Sampah Perlu Didukung Infrastruktur Dan Insentif

Pada prototipe perahu limbah dengan sistem mesh filter, sampah akan melalui proses pemisahan terlebih dahulu sebelum masuk ke wadah untuk pemisahan sampah organik dan anorganik. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan filter yang terdiri dari 2 tabung tanpa dasar. Ban dalam terbuat dari baja tahan karat dengan badan seperti jaring berongga. Tabung ini akan berputar saat sensor mendeteksi adanya kotoran sehingga kotoran kecil seperti sisa makanan dapat keluar melalui rongga. Hal ini dilakukan agar jika bahan limbah dimasukkan ke dalam wadah, maka isi wadah tersebut terlebih dahulu dipisahkan agar nantinya dapat dipisahkan.

Limbah yang keluar dari rongga di dalam tabung masuk ke dalam tabung luar yang juga terbuat dari bahan stainless. Berbeda dengan ban dalam, ban luar tidak memiliki rongga dan tidak berputar. Hal ini dikarenakan tabung luar berfungsi untuk memastikan sampah terpisah dari tabung 1 sebelum keluar dari wadah pemilahan sampah dan melalui proses pendeteksian sensor.

Rendahnya pengelolaan sampah di Indonesia yang mengakibatkan menumpuknya sampah di TPA disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah tidak adanya pemilahan sampah. Sampah yang tidak dipilah menyebabkan pencemaran selama proses daur ulang atau penguraian sampah dan sulit untuk didaur ulang. Perancangan BOT A-VASTE ini berfokus pada penggunaan sensor sebagai komponen utama. Tiga jenis sensor yang digunakan pada perancangan ini yaitu sensor infra merah untuk mendeteksi keberadaan sampah, sensor jarak untuk mengetahui jenis sampah dan sensor ultrasonik untuk mengukur ketinggian sampah. Sampah yang terdeteksi oleh sensor jarak kemudian akan dipilah ke dalam tong sampah yang berbeda, yaitu sampah organik atau sampah anorganik. Seiring pertumbuhan populasi dunia, jumlah limbah di dunia meningkat. Apalagi di negara Indonesia yang berpenduduk 267 juta jiwa, menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pengumpulan sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun jika menggunakan asumsi bahwa sampah yang dihasilkan per orang per hari adalah 0,7 kg, data ini diambil dari (Bakiroh, 2019). Beberapa negara yang masuk dalam daftar penghasil sampah di dunia menurut (Jambeck, 2015) dimana Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik laut tertinggi kedua di dunia dengan tingkat pencemaran sampah 0,48-1,29 juta. . sisa setiap tahun. Untuk Indonesia sendiri, khususnya di wilayah DKI Jakarta, jumlah sampah yang terkumpul setiap tahunnya juga tidak terkelola dengan baik (proses penguraian sampah), seiring dengan jadwal pengumpulan sampah tahunan tahun 2017-2018 sebagai berikut (Direktorat Pengurusan Sisa, 2018).

Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa di Indonesia sendiri wilayah DKI Jakarta memiliki banyak tumpukan sampah.

Optimalkan Pengelolaan Sampah, Tpst Nitikan Tambah Mesin Pemilah Sampah |republika Online

Konsekuensi dari penumpukan sampah dan tidak adanya sistem pengelolaan sampah yang baik (Badan Pertanahan, Perumahan, 2018) adalah sebagai berikut:

Selain permasalahan tersebut di atas, terdapat permasalahan yang timbul dari kesadaran masyarakat, misalnya sampah di sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan tersumbatnya aliran sungai sehingga menyebabkan banjir, dan juga yang perlu diperhatikan adalah sampah yang tergolong plastik. sebagai sampah anorganik karena sulit terurai dan memiliki waktu penguraian yang lama.

Upaya pengendalian sampah yang salah satunya dengan mempermudah proses penanganan sampah dengan memisahkan bahan organik dan anorganik, Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mahajan, 2017) dimana penulis melakukan kajian tentang Sistem Pengelolaan Sampah Cerdas Menggunakan IoT yang membuat tempat sampah pintar menggunakan mikrokontroler Raspberry Pi, sensor kelembaban (DH11) untuk memilah sampah basah dan kering, dan penulis menambahkan sensor load cell dimana sensor ini digunakan untuk mengukur berat sampah yang ditempatkan di tempat sampah pintar, semua informasi dikirim secara real time ke Android. (Almanda, 2018) melakukan penelitian dengan menggunakan mikrokontroler Arduino, menggabungkan dua sensor yang berbeda yaitu sensor jarak dan sensor warna (sensor TCS230) dimana sensor tersebut mengkategorikan bahan sampah menjadi organik dan anorganik, penelitian ini memperoleh tingkat keberhasilan rata-rata 92,75 %.. pada organik, tingkat keberhasilan 87,4% pada anorganik (non-logam), dan tingkat keberhasilan 99% pada anorganik (logam). (Zhang, 2018) melakukan penelitian tentang

Menggunakan Smart Trash Can dengan voice module sebagai sistem untuk membuka dan menutup tempat sampah smart, penulis menggunakan sensor kelembaban (

Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta

) dan juga menggunakan tracking module dan drive module diaktifkan agar smart trash can bergerak ke arah garis hitam yang telah disediakan, sehingga memudahkan pengguna untuk membuang sampahnya. (Shah, 2019) melakukan penelitian tentang

Yang sama dengan penulis karya sebelumnya menggunakan sensor kelembaban sebagai sensor untuk memilah sampah basah dan kering, dipadukan dengan sensor ultrasonik untuk mengetahui tingkat sampah yang diterima, semua informasi tingkat sampah dikirim melalui SMS ke alamat ponsel pengguna. Informasi real-time ini membantu pengguna mengetahui kapan tempat sampah sudah penuh. (Prof. Nitin Ahire, 2020) melakukan penelitian tentang

Dimana penulis melakukan pemilahan sampah secara otomatis (AVS) untuk memisahkan sampah basah dan kering, sensor yang digunakan adalah sensor kelembaban untuk mendeteksi sampah basah atau kering, penulis juga menggunakan sensor warna (TCS3200) untuk memisahkan sampah berdasarkan warna. tas yaitu tas hijau dan tas merah. Semua hasil ini akan ditampilkan pada LCD.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan permasalahan terkait sampah, maka perlu dikembangkan tempat sampah pintar dengan sistem pemilahan sampah otomatis (organik dan anorganik) yang membandingkan tingkat akurasi saat menggunakan sensor kelembaban (

Tempat Sampah Pemilah Isi 2 (organik Anorganik)

) untuk pembagian jenis limbah logam dan non logam, bagian tersebut menggunakan warna sampel yang digunakan untuk mendeteksi apakah sampel tersebut merupakan jenis limbah logam atau non logam.

Menggunakan sensor kelembaban karena sesuai dengan sifat sampah organik (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, 2020) memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga memiliki kelembaban yang relatif tinggi dibandingkan dengan sampah anorganik (Dinas Perumahan, Pemukiman dan Kawasan Pertahanan, 2019 ), sedangkan penggunaan sensor warna digunakan untuk memisahkan sampah anorganik logam dan non logam berdasarkan warna sampel sampah. Sensor kelembaban DHT22 dan sensor warna TCS230 akan mengekstrak data dari sampah yang ditempatkan di tempat sampah pintar. Parameter yang teridentifikasi adalah kadar air sisa sampel dan warna RGB. Kelembaban sampah dan data RGB dikirim dan disimpan dalam database oleh MySQL, kemudian akan ditampilkan sebagai laporan pada aplikasi android.

Karena diperlukan sistem pemilahan sampah secara otomatis, maka tempat sampah pintar ini akan diberikan kepada sekolah SD, SMP, dan SMA, yang selanjutnya akan menjadi sarana edukasi tentang pentingnya membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan sesuai dengan kategori sampah masing-masing. Dari segi ekonomi, limbah logam dan non logam organik dan anorganik dapat dimanfaatkan untuk dijual di Bank Sarap.

Desain diagram blok

Robot Pendeteksi Sampah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like