Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik – Agustus tahun ini, 73 tahun telah berlalu sejak Indonesia merdeka, namun masalah sampah masih menyisakan cerita yang tak ada habisnya. Padahal, permasalahan ini disebabkan oleh sikap masyarakat yang selalu terjerat sampah, di sisi lain pemerintah tidak memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik.

Masih banyak masyarakat kita yang membuang sampah sembarangan, dipinggir jalan, di sungai, di tempat umum dan di pelosok yang tidak seharusnya, hal ini patut kita khawatirkan karena kita anak tentunya akan meniru perilaku tersebut. orang dewasa.

Memilah Sampah Organik Dan Anorganik

Akan lebih baik lagi jika seluruh masyarakat kita dapat membuang sampah dengan benar dan terpisah, misalnya masyarakat memilah sampah domestik dari dalam rumah, memisahkan antara sampah organik dan non organik. Memfasilitasi klasifikasi limbah untuk ruang limbah.

Cara Memilah Sampah Di Rumah Dengan Benar 7 Cara Memilah Sampah Di Rumah Dengan Benar % ⋆ Parahyangan.co.id

Dan masyarakat juga harus diajari kapan membuang kaca atau pecahan kaca bekas, karena kaca tersebut dapat merugikan orang lain jika tidak dibungkus atau hanya di plastisin maka harus dibungkus dengan koran atau kertas lainnya. Agar orang lain tidak dirugikan.

Pengelolaan sampah bisa dimulai sejak kecil, dimana kita bisa mengajarkan kepada anak-anak kita agar mereka belajar membuang sampah pada tempatnya. Dan sedikit demi sedikit kita bisa mengenalkan anak kita pada sampah organik dan anorganik.

Kenapa harus di usia muda? Anak-anak adalah peniru yang sangat hebat, mereka melakukan apa yang mereka lihat, jika orang dewasa melakukan sesuatu, anak-anak juga melakukannya.

Itulah mengapa penting bagi kita sebagai orang dewasa untuk memberikan contoh yang baik kepada anak-anak untuk memberikan contoh yang baik juga untuk mereka, salah satunya adalah dengan mengajarkan anak-anak kita untuk membuang sampah pada tempatnya dan memilahnya.

Sampah Membawa Berkah”

Untuk mulai mengajari anak cara membuang sampah, yang kita butuhkan hanyalah 2 tempat sampah dan satu kantong plastik. Untuk memudahkan anak membuang sampah, belilah tempat sampah dengan warna berbeda. . Ingat.

Misalnya, tempat sampah untuk sampah organik berwarna hijau, sedangkan tempat sampah untuk sampah non-organik berwarna merah. Dan tentunya berikan sedikit penjelasan kepada anak Anda dalam bahasa yang dia pahami apa itu sampah organik dan anorganik.

Atau Anda bisa membeli tempat sampah dengan ukuran yang berbeda-beda, misalnya tempat sampah untuk sampah organik berukuran sedang, dan tempat sampah anorganik berukuran besar.

Amalkan kebiasaan membuang sampah sembarangan ini berulang-ulang, hingga menjadi kebiasaan bagi si kecil.Tentu saja, praktik ini membutuhkan kesabaran dari kita sebagai orang dewasa, dan kita juga memiliki contoh membuang sampah sembarangan setiap saat. Itu tergantung pada jenis tanahnya.

Waste4change: Bukan Sekedar Wacana Bagiku, Komitmen Kurangi Sampah Jadi Totalitas

Ada juga orang dewasa yang menganggap mudah untuk melatih huruf di usia muda, meskipun menurut mereka itu adalah hal yang sepele. Namun menurut penulis, hal tersebut sangat signifikan dan merupakan perkembangan bagi masyarakat.

Betapa tidak, lihat negara tetangga kita Singapura atau Amerika Serikat, negara-negara tersebut telah berhasil melatih dan mengajarkan masyarakatnya untuk membuang sampah. Mereka membutuhkan waktu yang sangat lama, tidak cukup hanya 1 tahun atau 5 tahun.

Oleh karena itu, penulis mengajak semua orang yang seharusnya dididik sejak kecil untuk belajar dan berlatih membuang sampah pada tempatnya. Dan sampah sudah dipesan sejak saya di rumah, agar Indonesia menjadi negara yang bersih.

Dengan mengajarkan anak-anak kita tentang pembuangan sampah yang benar, secara tidak langsung kita sedang mengajarkan anak-anak kita untuk mencintai dan menjaga lingkungan. Jika kita tidak mengajari anak-anak kita sejak kecil, kapan itu akan terjadi? Kalau bukan kita yang mendidik anak kita, siapa lagi? Jutaan ton sampah dihasilkan setiap hari. Barang-barang ini dapat berakhir di mana saja di tempat pembuangan sampah, sungai, dan lautan. Memo adalah limbah sisa dari suatu produk atau barang yang sudah tidak berguna lagi, namun masih dapat didaur ulang menjadi produk yang bernilai. Mari kita mulai memilah sampah dan mengidentifikasi jenis sampah.

Kelola Sampah Mulai Dari Rumah

Ini adalah limbah yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mudah dibuang secara alami tanpa campur tangan manusia. Ini adalah limbah ekologis dan kita dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang berguna seperti kompos, pupuk organik, suplemen pakan ternak.

Bagian pertama adalah sampah organik padat yang merupakan sampah organik yang banyak mengandung air. Biasanya limbah ini berasal dari sayuran, buah-buahan dan makanan olahan yang mengandung daging atau sayuran. Sampah organik padat ini dapat menimbulkan bau yang tidak sedap karena kandungan air yang tinggi melarutkan sampah jenis ini dengan cepat.

Kandungan air yang rendah merupakan ciri khas dari jenis limbah ini. Contoh limbah adalah daun, dahan pohon, kayu dan sebagian besar dibakar hingga musnah.

Berbeda dengan sampah organik, sampah anorganik adalah sampah yang tidak berasal dari makhluk hidup. Sampah anorganik ini sangat sulit untuk dibuang dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Jenis sampah ini terurai dalam waktu puluhan atau ratusan tahun, sehingga kita harus membuangnya dengan benar. Bahkan sampah anorganik pun jika berada pada tempatnya, dapat digunakan kembali/daur ulang.

Cara Ajari Anak Memilah Sampah

Pembagian sampah anorganik yang pertama adalah kertas. Jenis sampah ini berupa kertas (koran, kertas majalah, iklan, brosur, amplop, buku, paper cup) dan karton (karton susu, kotak jus, kotak kue, wadah tepung, pizza, minuman) bentuk kemasan kemasan, kotak kardus).

Lainnya adalah limbah kertas. Contohnya adalah kemasan plastik (wadah makanan, wadah makanan dingin, botol plastik, botol deterjen, botol sampo, kantong plastik). Juga kaca (toples kaca, botol kaca sekali pakai, gelas kaca, piring kaca) dan logam (kaleng logam, aluminium foil, peralatan logam)

Ia mulai menjelaskan jenis-jenis sampah di sekitar kita. Kita bisa mengatur sampah agar bisa dimanfaatkan dengan baik. Ayo mulai pilah sampah… Menurut data riset Kitadata Insight Center (KIC), saat ini hanya 49,2% rumah tangga yang memilah sampah. Memang tidak sampai setengahnya, namun jika dilihat dari jumlahnya tentu sangat besar untuk Indonesia yang jumlah penduduknya lebih dari 260 juta jiwa.

Dalam survei ini, 50,8% rumah tangga tidak memiliki klasifikasi sampah. Yang tidak memilah sampah dengan alasan tidak mengganggu mencapai 79%. Survei Katadata dilakukan terhadap 354 responden di lima kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

Sampah Di Sekitar Kita

“Mereka mikirnya ribet, pilih mau yang seperti apa. Mereka juga mikirnya nanti di TPA, sampahnya tercampur,” kata Franklin Michael Hotasud dari KIC Dalam.

Rumah tangga merupakan salah satu penghasil sampah terbesar dari total sampah di Indonesia. Dalam satu jam, Indonesia menghasilkan 7.300 ton sampah atau 175 ribu ton per hari. “Dalam sehari, jumlah itu bisa mematikan semangat Bing Cornrow,” lanjut Franklin.

Franklin menambahkan, 17 persen responden tidak mengklasifikasikan sampahnya karena berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, 3% mengatakan tidak ada manfaat dari pengaturan tersebut dan 1% menyatakan alasan lain.

Survei juga menunjukkan bagaimana limbah rumah tangga dibuang. Dari 49,2 persen masyarakat yang mengklasifikasikan sampah, 78 persen menggolongkannya menjadi dua kategori, 18 persen menjadi tiga kategori, dan 5 persen mengaku rajin memilah sampah menjadi empat kategori. Sampah basah dan sampah kering diklasifikasi oleh 59% responden. “Pemisahan sampah kering dan padat saja tidak cukup, karena idealnya ada pemisahan sampah organik, anorganik dan berbahaya,” ujar Franklin.

Awas Jangan Salah, Ini Perbedaan Sampah Organik Dan Anorganik

Selain itu, pemilahan sampah oleh responden pada kategori organik dan anorganik sebesar 19%. Sortir organik, plastik dan lainnya 13%. 5% berdasarkan daur ulang dan lainnya. Klasifikasi botol plastik adalah 3% lainnya dan plastik kertas adalah 1% lainnya.

Eddy Revai, Wakil Presiden Asosiasi Industri Plastik dan Olefin Aromatik Indonesia, mengatakan konsumsi plastik per kapita di Indonesia masih rendah. Diperkirakan sekitar 21-22 kg per tahun, total 5,9 juta ton per tahun. “Korea mengkonsumsi 141 kilogram plastik per kapita per tahun, sedangkan Jepang mengonsumsi 80 kilogram per kapita per tahun,” lanjut Rywai.

Pandu Primbudu, pelaksana proyek Waste4Change, mengatakan bahwa kesadaran akan pengelolaan di masyarakat masih rendah, sehingga harus didorong melalui pendidikan. “Masyarakat kita harus bisa maju satu kelas, dari slogan buang sampah pada satu tempat menjadi klasifikasi sampah menurut jenisnya,” tambah Pandu.

Selain itu, Anton Probiyantono, Senior Program Manager (Analisis) UNDP, berharap agar dunia usaha ikut berpartisipasi. “Kami mendorong produsen untuk menggunakan atau memproduksi material yang lebih ramah lingkungan,” jelas Anton.

Pilah Sampah Jadi Berkah

Lantas bagaimana langkah Indonesia selanjutnya untuk memilah sampah dari rumah, seperti yang telah dilakukan di Swedia? Hasil survei Katadata menyebutkan 54% responden menginginkan infrastruktur daur ulang di TPS dekat rumah mereka. Sebanyak 26% menjawab bahwa keluarga memiliki insentif untuk memilah sampah.

Sedangkan 19% responden menyarankan untuk membatasi penggunaan kantong plastik di retail/supermarket. Hanya 1% yang mengatakan perlunya insentif bagi perusahaan yang mengelola sampah. Tanpa insentif, 79 persen menjawab ya, mereka akan memilah sampah. Sedangkan jika ada motivasi, jumlah responden yang mengatakan memilah sampah mencapai 98 persen.

Hasil survei yang dilakukan pada 28 September hingga 1 Oktober 2019, pengelolaan sampah harus diklasifikasikan mulai dari rumah. Untuk mendorong partisipasi masyarakat menjadi bagian dari pengelolaan sampah dari rumah, perlu disediakan infrastruktur daur ulang dan sistem sirkular sampah.

Selain itu, ada kebutuhan untuk memperkuat undang-undang terkait pengelolaan sampah. Belajar dari Swedia, tugas harus ditegakkan secara menyeluruh dan dengan lembaga penegak hukum untuk tugas. Untuk mendorong partisipasi semua pihak, perlu juga diberikan insentif pengelolaan sampah. “Kita tidak perlu ragu, karena akan mudah mengatur sampah dari rumah

Memilah Sampah Worksheet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like