Kebijakan Ekonomi Masa Orde Baru

Kebijakan Ekonomi Masa Orde Baru – Materi pertemuan 1 adalah mendeskripsikan dan menganalisis perekonomian Indonesia secara kronologis-historis. Hal ini cukup beralasan karena peristiwa yang terjadi seringkali tidak bisa dibedakan dengan peristiwa sebelumnya. Berdasarkan perspektif tersebut, perekonomian Indonesia secara umum terbagi menjadi tiga periode: orde lama ( ), orde baru ( ) dan orde reformasi (1998-sekarang). Elistia, SE, MM

Sejak 17 Agustus 1945 hingga 10 Maret 1966, perekonomian Indonesia dimulai pada masa Orde Lama. Keadaan ini tidak terlepas dari stabilitas politik yang bermanfaat bagi kehidupan ekonomi, kaidah demokrasi yang dianut pada masa rezim lama dan kabinet parlementer, yaitu demokrasi dengan menteri yang membawahi parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat/DPR). Lalu pemerintahan naik turun, kabinet menteri berganti. Antara bulan Desember 1949 dan Agustus 1959 terjadi 8 kali pergantian kabinet dari kabinet Hatta ke kabinet Juanda. Elistia, SE, MM

Kebijakan Ekonomi Masa Orde Baru

Pertumbuhan ekonomi sangat menggembirakan di angka 6,9 persen di tahun 2019, kemudian melambat signifikan menjadi 1,9 persen. Sementara itu, defisit anggaran pemerintah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kebijakan yang diambil untuk mengatasi defisit hanya dilakukan dengan mencetak uang baru, yang mengakibatkan inflasi tinggi, yaitu 23,5 persen per tahun selama periode tersebut. Dan pada Maret 1950 mereka mencetak koin itu. Elistia, SE, MM

Kehidupan Politik Dan Ekonomi Masa Orde Baru

Nasionalisasi Perusahaan Asing 1951 Nasionalisasi perusahaan asing (kebanyakan milik Belanda) 1958 UU No. 78/1958 tentang Penanaman Modal Asing, yang pada intinya berisi kebijakan terhadap penanaman modal asing. Saat itu, penanaman modal asing diduga menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia karena ingin menguasai kehidupan ekonomi. Peristiwa tersebut memperburuk perekonomian Indonesia karena pemerintah saat itu tidak memperhitungkan dampaknya. Dampak yang paling parah adalah penutupan Bursa Efek Jakarta (Borsa Jakarta). Karena sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah milik asing, penutupan tersebut menyebabkan pelarian modal yang besar. Elistia, SE, MM

Penggabungan Lembaga Keuangan Bank Negara Pada tahun 1965, Bank Perjuang didirikan, yang menggabungkan semua bank negara. Tujuan bank ini adalah untuk mengelola dan mengontrol langsung kerja dan sistem bank hanya dengan satu tangan, yaitu pemerintah, serta untuk menerapkan gagasan ekonomi terpimpin yang digagas oleh pemerintah saat itu. Pada masa Orde Lama, sistem perbankan Indonesia adalah satu-satunya yang menyediakan uang untuk proyek-proyek pemerintah dengan cara mencetak uang, terutama untuk proyek-proyek khusus presiden. Elistia, SE, MM

Dari segi penyerapan tenaga kerja, tenaga kerja, tenaga kerja dan pengupahan, pada masa orde lama sebagian besar (72 persen) berada di sektor pertanian, sisanya 9,5 persen di sektor jasa, dan 6,7 persen di sektor komersial dan keuangan. dan 5,7 persen bekerja. Persentase di sektor industri. Menurut sensus tahun 1961, jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah 34,5 juta jiwa dan 29,5 juta angkatan kerja. Pada masa Orde Lama jumlah pengangguran hanya 1,8 juta dari 34,5 juta pekerja. Dilihat dari jenis kelamin, jumlah penganggur perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (6,9 persen perempuan dan 4,87 persen laki-laki). Upah yang diterima buruh pada periode Orde Lama relatif rendah bahkan pada periode pertumbuhan upah riil yang negatif. Artinya, perubahan harga lebih cepat daripada perubahan upah minimum. Elistia, SE, MM

Neraca ekonomi nasional Dilihat dari neraca ekonomi nasional pada masa orde lama memang mengerikan. Anggaran pemerintah selalu mengalami defisit besar dalam setahun. Defisit rata-rata adalah persentase pendapatan. Itu berarti pengeluaran pemerintah lebih dari pendapatan. Untuk mengatasi defisit ini, pemerintah berupaya mencetak uang baru. Selain penurunan anggaran pemerintah, penurunan neraca ekonomi nasional pada masa orde lama juga tercermin pada neraca perdagangan dan pembayaran. Neraca pembayaran dan defisit neraca perdagangan menunjukkan bahwa nilai ekspor lebih kecil dari impor. Situasi ini memaksa pemerintah Indonesia untuk membayar utang luar negeri. Pada masa orde lama, pinjaman luar negeri terbesar berasal dari Blok Komunis (59 persen), Blok Barat (25 persen), Asia Afrika (11,2 persen), dan IMF (4,3 persen). Situasi ini tidak mengherankan, karena pada rezim lama, baik politik maupun ekonomi bergerak ke arah blok komunis. Elistia, SE, MM

D Dampak Kebijakan Politik Dan Ekonomi Masa Orde Baru

Masa Orde Baru berlanjut sejak 11 Maret 1966 yang bertepatan dengan keluarnya Surat Keputusan Sebelas Maret (SUPERSEMAR), hingga Soeharto lengser sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998. Untuk mempermudah gambaran perekonomian Indonesia. Di era Orde Baru, kita membedakan antara dua periode, periode pendek dan periode panjang, yang pada hakekatnya saling berhubungan. Pelaksanaan perekonomian Indonesia dalam jangka pendek secara garis besar dibagi menjadi empat fase sebagai berikut: Fase Pemulihan (Juli – Desember 1966) Fase Rehabilitasi (Januari – Juni 1967) Fase Konsolidasi (Juli – Desember 1967) Fase Stabilisasi (Januari – Juli 1968) ) Elistia , SE, MM

Rencana Ekonomi Jangka Pendek Rencana ekonomi jangka pendek Indonesia membuka peluang bagi masuknya investasi asing, memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada kekuatan pasar. Dalam jangka pendek akan dilakukan berbagai kebijakan antara lain: Di bidang keuangan akan dilakukan reformasi besar-besaran terhadap sistem perbankan yaitu dengan mengeluarkan tiga undang-undang baru yang terkait dengan perbankan: Banking Act tahun 1967, Central Bank Act tahun 1968 – atau, dan Undang-Undang Perbankan Asing tahun 1968. Tahun 2009 merupakan landasan hukum bagi pelaksanaan dan pengaturan kerangka sistem moneter dan dapat berperan penting dalam pembangunan ekonomi serta dalam menggerakkan simpanan masyarakat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pasar Uang dan Pasar Modal. Untuk mendukung kebijakan pertumbuhan jangka pendek, pemerintah memperkenalkan kebijakan anggaran berimbang. Elistia, SE, MM

Rencana Pembangunan Lima Tahun (Gambar I – VI) Dalam perspektif jangka panjang, diartikan dengan pembangunan lima tahun. Rencana jangka panjang ini berhasil dilaksanakan setelah pemulihan stabilitas ekonomi yang dimulai pada 1 April 1969. Dilihat dari Dispensasi Baru, Belita adalah enam Belita yang akan bertahan hingga berakhirnya Dispensasi Baru. Pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun tersebut mencakup strategi pembangunan berkelanjutan, kebijakan pembangunan yang berpijak pada segitiga pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, pemerataan hasil pembangunan, dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Ketiga logika itu merupakan sasaran penting dalam pembangunan pada masa Orde Baru. Selama sistem baru, ketiga logika ini terus berubah prioritasnya sesuai dengan permasalahan dan keadaan yang dihadapi Indonesia saat itu. Elistia, SE, MM

Pelita I – II (1969 – 1979) Dalam Pelita I ( ), yang diprioritaskan adalah tujuan menjaga stabilitas ekonomi, diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan pemerataan hasil pembangunan. Berdasarkan garis pertama ini, pada era Belita I, pemerintah Indonesia tidak memikirkan pemerataan hasil pembangunan, melainkan lebih menitikberatkan pada stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dimaklumi karena pada saat itu perekonomian benar-benar tidak stabil, terutama mengenai inflasi dapat dikatakan sebagai masa peralihan dari orde lama ke orde baru. Situasi ini berbeda dengan Belita II ( ), yang menempatkan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi sebagai prioritas pertama, diikuti oleh pemerataan hasil pembangunan dan stabilitas ekonomi. Elistia, SE, MM

Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru

Pelita I – II (lanjutan) Dari daftar prioritas tersebut terlihat bahwa Pelita I dianggap sebagai tahapan pembangunan yang berhasil dalam menstabilkan perekonomian, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam Pelita II adalah bagaimana mengelola pendapatan nasional Indonesia. Harus ada cukup untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam produksi domestiknya. Keadaan ini tak lepas dari keberhasilan Pelataran I yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi tahunan 8,56 persen. Selama Pelita II yang didahului dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi berhasil menghasilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,96 persen per tahun hingga akhir Pelita II. Berdasarkan interpretasi tersebut, Indonesia mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi melalui lempeng I dan II pada awal Orde Baru. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut tidak lepas dari pengaruh internasional, terutama yang berkaitan dengan bonanza atau rejeki dari minyak. Elistia, SE, MM

Lempeng I – II (Lanjutan) Selama dasawarsa Lempeng I dan II, yakni tahun 1973, ketika harga minyak dunia naik dari US$3 menjadi US$10 per barel, dunia internasional mengalami krisis energi. Krisis energi tersebut disebabkan oleh konflik antara bangsa Arab Israel yang pada saat itu berhasil mempersatukan negara-negara Arab melawan Israel dan sekutunya yaitu Amerika Serikat dan Inggris. Saat itu, negara-negara penghasil dan pengekspor minyak Arab (termasuk anggota OPEC, Indonesia dan banyak negara pengekspor minyak non-Arab) memulai embargo minyak. Negara-negara ini telah berhenti menjual minyak ke negara-negara Barat pro-Israel. Tindakan ini berujung pada krisis energi karena menguasai pangsa pasar minyak global. Anggota OPEC Indonesia diuntungkan oleh harga minyak yang lebih tinggi di pasar internasional. Oleh karena itu, perekonomian Indonesia pada dekade tersebut secara umum dikenal sebagai oil boom yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Elistia, SE, MM

Lempeng III – VI berbeda dengan Lempeng III sampai Lempeng V karena prioritas pertama difokuskan pada distribusi hasil pembangunan, yang menyusul kemudian.

Perkembangan ekonomi masa orde baru, kebijakan pembangunan pada masa orde baru, kehidupan ekonomi masa orde baru, kebijakan masa orde baru, dampak kebijakan politik dan ekonomi masa orde baru, kebijakan orde baru dalam bidang ekonomi, kebijakan orde baru di bidang ekonomi, kebijakan pembangunan masa orde baru, kebijakan ekonomi orde baru, kebijakan luar negeri pada masa orde baru, kebijakan ekonomi pada masa orde baru, kebijakan pada masa orde baru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like