Keadaan Hutan Indonesia Saat Ini

Keadaan Hutan Indonesia Saat Ini – Dengan luas 142 juta hektare (ha) pada tahun 2020, hutan Indonesia masuk dalam tiga besar dunia. Pada saat yang sama, hutan terluas di dunia terletak di hutan hujan Amazon (468 juta hektar) dan Cekungan Kongo. (188 juta hektar).

Hutan Indonesia tidak hanya terbesar tetapi juga paling beragam. Hutan Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 25.000 tanaman dan 200.000 spesies hewan. Selain itu, sekitar 7,8 juta hutan berada di wilayah adat dan dikelola oleh masyarakat adat. Hutan Indonesia juga ditetapkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 17-23 persen pada tahun 2030.

Keadaan Hutan Indonesia Saat Ini

Meski memiliki potensi besar, kelangsungan hidup hutan Indonesia masih terancam oleh deforestasi dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pada tahun 2019, 1,6 juta hektar lahan terkena dampak kekeringan dan 708 juta ton CO2 dilepaskan.

Kehilangan Hutan Tetap Tinggi Di Tahun 2021

Sampah karhutla. Sementara itu, tingkat deforestasi akan mencapai 115 ribu hektare pada 2020. Melindungi hutan Indonesia sangat mendesak untuk mencegah krisis iklim akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca.

Di banyak daerah, berbagai inisiatif kerjasama telah dilaksanakan yang menunjukkan bahwa kelestarian lingkungan dapat dicapai dengan tetap memperhatikan kesejahteraan penduduk.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui kebijakan privasi kami. Anda dapat berhenti berlangganan buletin kapan saja melalui halaman kontak kami (berhenti berlangganan) 20 Maret diperingati sebagai Hari Hutan Sedunia. Bagi Indonesia yang memiliki kawasan hutan yang luas, hari ini harus dirayakan dengan suka cita. Sayangnya, kita harus mengikuti fakta. Tahukah Anda bahwa Indonesia adalah salah satu dari 11 kawasan paling terdeforestasi di dunia?

(WWF) melaporkan bahwa pada tahun 2030, lebih dari 170 juta hektar hutan dunia akan hilang dengan cepat. Indonesia termasuk dalam daftar 11 area fokus

Dua Perusahaan Bakar Hutan Saat Pandemi Corona

Eksploitasi tanpa henti telah menyebabkan hilangnya separuh hutan Sumatera yang telah dikonversi untuk keperluan industri. Sama halnya dengan Kalimantan dan Papua, mereka akan merelakan seperempat ruang hijaunya dalam 15 tahun ke depan.

Forest Watch Indonesia (FWI) mengungkapkan fakta mengejutkan dalam bukunya Potret Negara Hutan Indonesia 2009-2013, bahwa antara tahun 2009 dan 2013, Indonesia kehilangan 4,6 juta hektar hutan, atau tujuh kali lipat dari luas hutan. Wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Pada tahun 1950, luas hutan Indonesia diperkirakan mencapai 193 juta hektar. Pada tahun 2009, luas hutan Indonesia berkurang separuh menjadi sekitar 88 juta hektar. Kemudian menurun menjadi 82 juta hektar pada tahun 2013.

Indonesia tercatat dalam Guinness Book of Records pada awal tahun 2000-an sebagai negara tropis dengan laju deforestasi tertinggi di dunia, yakni dua juta hektar per tahun.

Kerusakan Hutan Di Indonesia Dan Tinjauan Hukumnya

Tentu saja, ini bukan suatu kebanggaan, melainkan pukulan bagi masyarakat Indonesia. Selama ini, kejahatan lingkungan berupa deforestasi merupakan ancaman terbesar bagi hutan Indonesia.

Deforestasi adalah proses perusakan hutan alam dengan cara menebang pohon untuk hutan atau mengubah lahan hutan menjadi lahan bukan hutan. Itu juga dapat terjadi karena kebakaran hutan yang disengaja atau alami.

Menurut WWF, deforestasi (deforestasi) tidak hanya dilakukan oleh perusahaan besar, tetapi juga oleh perkebunan kecil yang dikuasai petani, yang sangat sulit dikendalikan dari segi perizinan. Bahkan, dapat dikatakan bahwa petani adalah perhatian terbesar pada periode ini. Bila dikalikan, jumlah petani dengan luas kebun meningkat secara signifikan. Bahkan sektor industri pun bisa dilewati.

Selain kebutuhan konversi lahan, korupsi lingkungan juga menjadi salah satu penyebab deforestasi di Indonesia. Otoritas yang memfasilitasi proses perizinan menciptakan masalah deforestasi dan deforestasi untuk kepentingan komersial.

Dampak Buruk Akibat Kerusakan Hutan Bagi Kehidupan

Pemerintah harus memberikan penegakan dan izin yang tegas bagi pengelolaan hutan untuk meminimalkan deforestasi. Tapi, sayangnya, ini tidak berhasil. Bukti dan data

Pada 2013, Indonesia kehilangan $2 miliar per tahun akibat korupsi dan uang gelap di sektor kehutanan.

Ini adalah dampak terbesar dari deforestasi. Mengapa deforestasi menyebabkan perubahan iklim? Selain berperan sebagai penghasil oksigen terbesar, hutan juga berperan sebagai penyerap karbon utama. Hutan dan pepohonan di bumi menyimpan lebih dari 300 miliar ton karbon. Sebagai contoh, pengelolaan hutan tropis dapat menyerap 3 miliar metrik ton karbon, yaitu sekitar 30 tahun emisi karbon. Itulah sebabnya hutan disebut sebagai paru-paru bumi.

Deforestasi meningkatkan jumlah karbon dioksida (CO2) yang dipancarkan ke atmosfer. Karbon dioksida (CO2) adalah jenis gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, CO2 menyumbang 82 persen dari gas rumah kaca negara.

Deforestasi Di Indonesia

Hutan adalah rumah bagi berbagai hewan dan tumbuhan. Sekitar 80 persen keanekaragaman hayati dunia dapat ditemukan di hutan hujan tropis. Jika spesies ini kehilangan rumahnya, dapatkah kita membayangkan mereka bertahan hidup?

Hilangnya habitat akibat deforestasi menyebabkan kepunahan spesies. Tentu saja, kepunahan spesies yang berbeda juga mempengaruhi bidang yang berbeda, misalnya bidang pendidikan, di mana kepunahan spesies dapat menjadi objek penelitian. Pada saat yang sama, penggundulan hutan di bidang kesehatan akan menyebabkan hilangnya berbagai obat-obatan yang berasal dari tumbuhan hutan.

Pepohonan hutan berperan dalam menyerap hujan dan menghasilkan uap air, yang kemudian dilepaskan ke atmosfer. Artinya, jika tren deforestasi terus berlanjut, maka akan mengurangi jumlah pohon di Bumi. Dengan demikian, jumlah air di udara yang kemudian kembali ke bumi dalam bentuk hujan semakin berkurang.

Bahkan, tanah menjadi kering sehingga tanaman sulit bertahan hidup. Deforestasi gagal memenuhi perannya dalam mempertahankan rezim air hutan.

Mengapa Usaha Hutan Konservasi Di Indonesia Masih Belum Optimal

Tanah yang tidak tertutup vegetasi hutan lebih rentan terhadap erosi. Erosi tanah menimbulkan dampak lain seperti kesuburan tanah, banjir dan tanah longsor.

Pertanian skala kecil, berburu, mengumpulkan dan mengumpulkan sumber daya hutan adalah mata pencaharian yang diandalkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Dengan rusaknya hutan, mata pencaharian mereka juga hilang.

Hutan adalah nafas dan hidup kami. Lebih dari 50 persen dari semua spesies tumbuhan dan hewan hidup di hutan. Lebih dari 300 juta orang bergantung pada hutan untuk kebutuhan sehari-hari. Deforestasi sama dengan kehancuran manusia dan spesies lain di Bumi.

Mari ambil tindakan nyata untuk menyelamatkan hutan dan masa depannya di Hari Hutan ini. Mari selamatkan hutan Indonesia dengan menjalani gaya hidup hijau (

Wwf: Uni Eropa Ikut Bersalah Atas Kerusakan Hutan Tropis

Pada tahun 2015, tercatat 5.051 kematian akibat mati lemas, dimana 2.848 diantaranya terjadi pada lansia di atas usia 74 tahun. Bagaimana Anda bisa menghitung ini? Baca selengkapnya!

Setiap tahun, banyak pekerja yang terluka dan meninggal dalam kecelakaan industri karena ketika pekerja berada di area berbahaya ini, mereka sering mengenakan overall FR atau pelindung tahan api yang sesuai dan bukan pakaian. Baca selengkapnya!

Semua pekerja wajib mengenakan helm pengaman saat bekerja, namun tahukah Anda bahwa setiap warna helm pengaman memiliki peran yang berbeda? Baca selengkapnya!

Sepatu keselamatan adalah salah satu elemen perlindungan pribadi yang paling penting di tempat kerja. Bagaimana cara kerjanya? Untuk informasi lebih lanjut, ikuti tautan di bawah ini! Ketika bencana melanda, ada kekhawatiran tentang hutan. Dalam siklus hidrometeorologi, misalnya, kondisi hutan seringkali menjadi fokus utama. Jika hutan dalam kondisi baik, tidak akan ada tanah longsor, banjir atau banjir.

Dear, Mombeb: Jika Aku Menjadi Seorang Pemimpin, Ini Yang Aku Lakukan Untuk Indonesia

Lalu bagaimana keadaan hutan di Jawa Barat? Sulit untuk mengetahuinya. Perkiraan terkini tutupan hutan yang rusak dan kawasan hutan yang masih utuh sulit ditemukan. Data yang dimasukkan masih menggunakan data lama.

Informasi ini tersedia di saluran informasi Dinas Kehutanan Jawa Barat. Tercatat luas kawasan yang akan diganti namanya mencapai 3 juta 709 ribu 528 hektar. Untuk kawasan hutan lihat Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/2003, yaitu seluas 816.603 hektar atau 22,01% dari luasnya.

Seperti apa sebenarnya keadaan hutan di Jawa Barat? Sampai saat ini, informasi lahan kritis sulit diakses oleh masyarakat. Saya tidak tahu apakah itu masih hutan atau dibuka. Jelas bahwa perubahannya lebih terasa.

Review beberapa halaman informasi pengelolaan hutan antara lain Perum Perhutani Regional Jawa Barat-Bantan. Hanya memuat informasi tentang sektor produksi dan konservasi hutan. Demikian pula, tidak ditemukan informasi lahan yang signifikan di laman informasi Balai Konservasi Jawa Barat (BBKSDA).

Hutan Hujan Tropis

Pengamatan udara kawasan hutan di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Barat (RTRW), 80 persen kawasan Garut merupakan kawasan lindung. Foto: Donny Iqbal/ Indonesia

Menurut angka terakhir yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas lahan prima di Jawa Barat mencapai 911.192 hektare. Jika kita beri informasi rinci, lahan penting di daerah seluas 183.883 hektar dan di luar daerah seluas 727.309 hektar. Kedua istilah tersebut mengacu pada tanah publik dan pribadi. Artinya milik pribadi.

Jika demikian, hutan di Jawa Barat sedang tidak baik-baik saja. Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai menghitung 1.039 bencana alam yang menimpa 768.319 jiwa di Jawa Barat selama Januari hingga Agustus 2020. Bencana alam besar pada periode itu adalah bencana pembangkit listrik tenaga air.

Mungkin situasi ini harus diselidiki. Slogan “Kami menjaga alam, alam menjaga kami” dapat diresapi dengan cinta. Seperti kecintaan orang Belanda terhadap hutan Jawa.

Kerusakan Hutan Akibat Sawit Bisa Dipulihkan Melalui Praktik

Antara 1809-1864, hutan-hutan di Jawa Barat tetap menjadi kening dan kenangan Franz Wilhelm Junghuh. Semuanya indah, tenteram dan indah seperti yang tergambar dalam lukisan dan foto-foto lama yang memenuhi dinding museum Jakarta.

Junghun melewatkan kelas sejarah di sekolah. Ia orang pertama yang menanam pohon kina di daerah Lembang, menemukan pil kina dan mengembangkan obat antimalaria. Dia masih lupa.

Ia bertugas sebagai dokter militer di Jawa dari tahun 1835-1848 dan dipanggil kembali ke negaranya karena sakit. Namun pada tahun 1855 Junghun kembali. Ia menjabat sebagai ahli botani, naturalis, dokter, ahli vulkanologi dan geografi hingga kematiannya di Lembang pada 24 April 1864.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like