Dampak Penebangan Hutan Terhadap Perubahan Iklim

Dampak Penebangan Hutan Terhadap Perubahan Iklim – Perubahan iklim dunia yang paling terasa secara langsung adalah peningkatan suhu bumi. Suhu permukaan bumi sekarang mendekati 50 derajat

C, meningkat dua kali lipat sejak 1980-an. Di hampir 500 tempat di dunia, suhu naik 50 derajat

Dampak Penebangan Hutan Terhadap Perubahan Iklim

C, nilai ini juga meningkat dua kali lipat dibanding tahun 1980-an yang hanya mewakili 150 kursi. Di Eropa Timur, Republik Afrika Selatan, dan Brasil, suhu harian maksimum naik 1 derajat

Dampak Perubahan Iklim Yang Aku Rasakan Saat Ini

Salah satu kasus perubahan iklim yang dialami Indonesia terjadi pada tahun 2015, beberapa wilayah Indonesia terkena dampak kemarau panjang. Ini menyebabkan kebakaran hutan dan membakar lebih dari 2,6 juta hektar lahan, yang diperkirakan 4,5 kali luas pulau Bali.

Variabilitas dan perubahan iklim disebabkan oleh fenomena pemanasan global. Akibat pemanasan global, emisi metana (CH4) ke atmosfer meningkat. Emisi CH4 ke atmosfer adalah yang tercepat dari semua gas rumah kaca lainnya. Sejak Revolusi Industri tahun 1750, emisi CH4 telah meningkat sebesar 150%.

Peningkatan ini sangat mempengaruhi frekuensi atau cuaca di daerah tersebut. Kondisi cuaca ekstrim, curah hujan dan perubahan suhu daratan dan lautan yang terjadi dengan cepat dan tidak dapat diprediksi. Upaya yang diperlukan untuk mengurangi kenaikan emisi karbon dioksida. Solusi yang sangat ampuh adalah memanfaatkan tumbuhan untuk menyerap karbon yang dihasilkan manusia dalam proses fotosintesis.

Hutan, sebagai kelompok tumbuhan yang kompak, memiliki pengaruh yang besar terhadap penyerapan emisi karbondioksida. Namun, tahukah kita peran hutan dalam memerangi perubahan iklim? Apa yang bisa ditawarkan hutan dalam perang melawan perubahan iklim?

Skeptis Terhadap Perubahan Iklim Tapi Akrab Bencana, Apa Persiapan Kita?

Hutan berperan penting dalam mengatur iklim bumi melalui siklus karbon. Hutan memiliki tutupan tanah yang luas, sehingga pengaruhnya cukup besar terhadap penyerapan karbon dari atmosfer yang tumbuh. Melalui tumbuhan di hutannya, mereka dapat menyimpan karbon di daun, jaringan kayu, bahan organik di dalam tanah, dan produk yang mereka hasilkan, seperti buah. Hutan terestrial dapat menyerap hingga 2,4 miliar ton karbon dioksida per tahun. 30% dari nilai ini adalah pembakaran bahan bakar fosil.

Hutan sangat penting sebagai tempat penyimpanan karbon terestrial. Ini karena sekitar 77% dari seluruh karbon disimpan dalam vegetasi dan 39% lainnya dalam tanah. Hutan memiliki dampak besar dalam memerangi perubahan iklim. Peran hutan yang secara tidak langsung terkait dengan karbon adalah dapat mendukung tutupan awan, memantulkan sinar matahari dari atmosfer, membantu mengubah air menjadi uap, dan memberikan peningkatan kelembapan di atmosfer yang dapat mendinginkan udara.

Hutan hujan lebih mampu mengurangi karbon dioksida di atmosfer daripada semua hutan di dunia. Dulu pohon tua dianggap tidak bisa menyimpan banyak karbon, padahal masih mampu menyerap karbon dengan baik. Analisis baru memperkirakan bahwa mempertahankan hutan yang lebih baik dengan menghentikan deforestasi, memulihkan hutan, dan meningkatkan praktik kehutanan dapat mengurangi emisi karbon dioksida hingga 7 miliar ton per tahun.

Nilai ini sesuai dengan pengurangan 1,5 miliar mobil. Selain itu, pohon besar menyimpan lebih banyak karbon per inci (atau sentimeter) diameternya daripada pohon kecil. Oleh karena itu, kegiatan konservasi yang dilakukan terhadap pohon dengan jenis dan umur yang berbeda dapat memberikan manfaat yang besar bagi stabilitas iklim global.

Harapan Bagi Hutan: Melindungi Dan Memulihkan

Memerangi deforestasi dan degradasi hutan di kawasan dengan keanekaragaman hayati tinggi seperti hutan purba. Hal ini dapat membantu melestarikan manfaat yang diperoleh masyarakat dan masyarakat dari hutan, termasuk cadangan karbon hutan dan mata pencaharian masyarakat.

Reboisasi membantu mengurangi dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Jika target tersebut tercapai dengan baik, reboisasi seluas 350 juta hektar akan menyerap hingga 1,7 gigaton setara karbon dioksida per tahun.

Lakukan dan asumsikan bahwa investasi di hutan adalah mitigasi kelangsungan hidup anak cucu. Investasi di bidang hutan dapat diwujudkan melalui partisipasi dalam program/gerakan peduli hutan. Secara tidak langsung berkontribusi pada perlindungan kehidupan di masa depan. Deforestasi adalah hilangnya tutupan hutan yang berubah menjadi yang lain dan kemungkinan deforestasi berada di wilayah dengan intensitas tinggi atau berbatasan langsung dengan aktivitas manusia.

Deforestasi juga dapat diartikan secara kuantitatif, yaitu berkurangnya tajuk di bawah ambang minimal 10% dalam jangka panjang, dengan tinggi pohon minimal 5 m, pada luasan minimal 0,5 ha.

Dampak Dari Kerusakan Hutan

Dalam bentuk yang disederhanakan, deforestasi dapat didefinisikan sebagai perubahan tutupan wilayah dari berhutan menjadi tidak berpohon, dari wilayah yang sebelumnya disebut hutan (dengan kerapatan vegetasi berkayu tertentu) menjadi tidak berpohon (tidak ada pohon). vegetasi atau bahkan non-vegetasi).

Definisi tersebut diperkuat dengan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Deforestasi (REDD) yang secara jelas menyatakan bahwa deforestasi adalah perubahan permanen kawasan hutan yang mengakibatkan daerah gundul, yang disebabkan oleh aktivitas non-manusia.

Hilangnya atau berkurangnya tutupan lahan sangat erat kaitannya dengan aktivitas manusia atau gangguan alam. Bentuk umum termasuk pembukaan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian, penggembalaan, migrasi, dll.

Deforestasi skala besar menyebabkan hilangnya kawasan hutan dalam jumlah besar setiap tahun. Akibat hilangnya lahan hutan, yang berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan kehidupan sosial.

Hutan Di Indonesia Hilang Seluas 3,5 Kali Pulau Bali, Kenapa Kita Harus Peduli??

Indonesia dilanda kebakaran hutan hampir setiap tahun, pada tahun 2015 1,7 juta hektar terbakar dan menimbulkan bencana kabut asap yang berdampak serius terhadap pendidikan, penerbangan, kesehatan, ekonomi dan tentunya merusak lingkungan.

Kebakaran meningkatkan laju deforestasi lebih dari hilangnya lahan yang disebabkan oleh kegiatan lain. Kerugian akibat kebakaran hutan juga dapat menghilangkan plasma nutfah.

Pembukaan perkebunan secara ekologis, seperti kelapa sawit, berdampak langsung pada laju deforestasi. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pendorong utama deforestasi dan hilangnya lahan di Indonesia.

Kondisi ini disebabkan perkebunan kelapa sawit dan tanaman perkebunan lainnya biasanya diperoleh dengan dua cara, yaitu konversi fungsi lahan hutan dan konversi fungsi lahan perkebunan.

Cuaca Terasa Panas, Apa Yang Sedang Terjadi Dengan Iklim Kita?

Transformasi fungsi lahan perkebunan adalah cara mengganti tanaman perkebunan utama dengan perkebunan baru (kelapa sawit).

Beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan perambahan adalah faktor ekonomi, ketidaktahuan masyarakat sekitar hutan tentang dampak buruk pemukiman hutan, ketersediaan sponsor, keterbatasan jumlah pengawas hutan dan lemahnya sanksi hukum.

Kawasan pemukiman migran terus berkembang dan akan terus berkembang, sehingga kawasan tersebut harus beradaptasi dengan aktivitas tersebut. Di satu sisi, kawasan hutan berubah menjadi tidak berpohon, terutama di kawasan hutan yang bersentuhan langsung dengan kawasan pemukiman migrasi.

Akibat penambangan dan pengeboran minyak, bekas tambang dibuat di kawasan hutan yang tanahnya sudah berada di antara lubang. Jika penutupan tidak dilakukan, kawasan tersebut akan berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan dan perubahan penggunaan lahan secara ekologis.

Perubahan Iklim Dan Pengaruhnya Terhadap Gempa Bumi

Deforestasi memiliki konsekuensi yang sangat serius baik secara nasional maupun internasional. Tradisi kebakaran hutan tahunan yang tidak terkendali, penebangan yang merusak, pembukaan perkebunan, penambangan dan pengerukan untuk bahan bakar, serta pembentukan kawasan pemukiman kembali merupakan salah satu faktor deforestasi.

Kegiatan ini memberikan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat yang sangat tergantung pada hasil alam atau hutan dan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, terutama bagi seluruh masyarakat dan negara.

Penebangan yang tidak memasukkan regenerasi hutan menyebabkan degradasi lingkungan dan meningkatkan frekuensi bencana alam seperti tanah longsor dan banjir.

Alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan hutan juga dapat mempengaruhi kelestarian kehidupan hewan dan tumbuhan. Jika deforestasi berlanjut, habitat alami mereka akan berpindah ke wilayah yang hanya diuntungkan oleh aktivitas manusia.

Studi: Indonesia Penyumbang Terbesar Kerusakan Hutan Tropis Karena Pertambangan — Benarnews Indonesia

Peran hutan adalah untuk menyimpan cadangan karbon yang besar. Hutan juga dapat menyerap kelebihan karbon dioksida di udara dan mengubahnya menjadi oksigen selama fotosintesis, yang dapat menyimpan lebih dari dua ratus miliar ton karbon.

Deforestasi memiliki efek yang sangat kuat pada perubahan iklim terkait dengan karbon dioksida di udara dan lahan gambut. Ketika lahan gambut kehilangan pohon, karbon yang tersimpan dilepaskan ke udara.

Deforestasi mengurangi penguapan air tanah oleh pepohonan. Ini mengarah pada iklim dan cuaca yang lebih kering karena jumlah curah hujan berkurang.

Banyak aspek negatif deforestasi yang menuntut adanya upaya pengurangan deforestasi agar laju deforestasi tidak meningkat. Salah satu cara untuk mencegah deforestasi adalah dengan melestarikan sumber daya alam.

Pantau Jejak Penebangan Hutan Ilegal Edisi Keempat: Lima Wilayah Teratas Untuk Dipantau

Tebang pilih merupakan salah satu sistem pengelolaan hutan yang digunakan di Indonesia. Tebang pilih dilakukan pada hutan alam yang tidak menua sebagai subsistem dari sistem pengelolaan hutan.

Sistem ini merupakan salah satu perangkat utama dalam pelaksanaan hutan dengan struktur yang berwawasan lingkungan dan pelaksanaan pengelolaan hutan lestari.

Sistem tebang pilih ini diharapkan dapat menjaga kelestarian ekosistem hutan dan berfungsi sebagai mata pencaharian. Dalam hal penebangan selektif, juga dilakukan pemindahan tanaman agar kegiatan tersebut tidak menimbulkan kerugian.

Reboisasi dan reboisasi terjadi di kawasan berhutan, sedangkan reboisasi terjadi di kawasan yang gundul karena hutan yang dibuka tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Kerusakan Hutan Dan Perubahan Iklim Mengancam Punan Batu

Strategi ini tertuang dalam RPJMN 2020-2024 dalam rangka mengurangi kerusakan hutan yaitu pengurangan deforestasi menjadi 310 hektar per tahun. Langkah diumumkan untuk mencangkok dan memperkaya 1,97 juta hektar hutan produktif.

Di antara metode yang diuji adalah zona ekosistem gambut yang telah terkoordinasi dan membantu pemulihan di 7 provinsi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like