Dampak Negatif Dari Kenaikan Harga Bbm

Dampak Negatif Dari Kenaikan Harga Bbm – Banyak orang berpikir bahwa kenaikan harga minyak meningkatkan kekayaan mereka. Komunitas nelayan tradisional terancam karena tidak lagi mampu menghidupi keluarganya.

Setelah sebulan masyarakat dihadapkan pada isu kenaikan harga minyak, akhirnya pada Sabtu, 3 September, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan empat menterinya mengumumkan kenaikan harga BBM: Pertalit dan solar. Menurut Jokowi, ini merupakan upaya terakhir pemerintah.

Dampak Negatif Dari Kenaikan Harga Bbm

Kenaikan harga minyak ini juga dipengaruhi sebulan sebelum keputusan diambil oleh pemerintahan Jokowi. Desas-desus tentang pengurangan subsidi menyebabkan keresahan sosial. Dua dampak nyata adalah antrean di SPBU dan warga merasa tidak mampu.

Antisipasi Dampak Negatif Kenaikan Bbm, Fisip Umuslim Gelar Fgd

Salah satu korbannya adalah Naufal. Di tengah mengejar setoran, Stasiun Tanah Abang-Stasiun Jakarta Kota, sopir bus yang beroperasi bulan lalu, harus dijadwalkan setidaknya setengah jam. Belum lagi banyak tempat parkir tanpa bensin yang sering muncul setelah orang kelabakan membeli barang.

“Sekarang susah beli bensin, apalagi solar. Jalan kita sudah susah untuk SPBU Tanah Abang Kota, apalagi solar. Jadi harus beli dari jalan. Menurut Slippy, Kebon Jeruk, keluhnya.

Ikuti juga area lain menggunakan formulir aplikasi di sini. Tapi nelayan tradisional tidak bisa mendaftar. Bagaimana jika Anda ingin menggunakan aplikasi? Ada nelayan yang tidak memiliki HP. Juga kami tidak dapat membuat akun di aplikasi karena kami tidak memiliki kapal STNK. “

Naufal biasanya menghabiskan Rp 80.000 per hari untuk sepuluh liter Pertalit. Dia merasakan beratnya kenaikan harga BBM. Juga, Naufal sering terlihat menipu kendaraan dengan nomor merah preferensial untuk bahan bakar.

Polres Lumajang Salurkan Bantuan Bagi Warga Dan Nelayan Tempursari Yang Terdampak Kenaikan Harga Bbm Dan Abrasi Pantai

“(Kenaikan harga BBM) juga menjadi beban berat bagi masyarakat. Masalahnya, orang kaya masih menggunakan Pertalit bersubsidi. Seharusnya pemerintah yang mengurus proses ini,” kata pria berusia 40 tahun itu kepada wartawan detikX.

Dia mengatakan, meski pemerintah mengklaim menyalurkan bantuan kepada kelompok masyarakat, Naufal mengingat dengan jelas bahwa bantuan sangat berbeda sejak periode pertama pemerintahan Jokowi.

“Dulu ada Premium, kemudian dihapus. Akhirnya kami beli Pertalite. Waktu itu premium Rp 5500 di beberapa SPBU. Saya suka kurang dari sebulan, hanya dua minggu. lanjut, Akhirnya kami beli Pertalit dengan harga normal juga.

Penyedia jasa logistik Fauzi Ismi juga memprotes kenaikan harga BBM. Selain itu, menurutnya, akhir-akhir ini antrean di SPBU semakin mencekam, sehingga tagihan BBM di beberapa SPBU tetap kosong.

Protes Dan Dampak Buruk Kenaikan Bbm 2022

Fauzi mencontohkan, biasanya Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam dua hingga tiga hari. Kelebihan pompa bensin menyebabkan kekurangan bahan bakar premium. Dengan demikian, waktu tempuh bertambah.

“Dulu ke Surabaya bisa dua sampai tiga hari, tapi sekarang bisa lebih lama karena bisa menunggu sehari untuk bahan bakar. Jadi bisa empat sampai lima hari. Apalagi kalau ke Medan.” Dulu, mobil saya menunggu dua hari untuk mendapatkan bensin,” katanya pekan lalu.

Juga, kenaikan harga minyak sangat jelas bagi Fauzi. Ini karena tidak dapat membatalkan kontrak dengan banyak perusahaan yang telah menggunakan layanannya. Oleh karena itu, perusahaan Fauzi harus berhadapan dengan tembok.

Pria berusia 22 tahun itu mengambil tindakan tegas karena pemerintah tampaknya mempermainkan nyawa banyak orang karena ketidakpastian seputar kenaikan harga BBM yang tertunda sejak awal Agustus lalu. “Awal bulan dia bilang ingin promosi, tapi tidak jadi. Ini seperti kita sedang bermain,” tambahnya.

Pengamat: Dampak Kenaikan Harga Bbm Paling Rumit Ke Masalah Pangan, Tak Bisa Cara Konvensional

Beberapa nelayan di daerah itu juga mengancam akan berhenti menangkap ikan. Selain itu, banyak nelayan yang seharusnya berhak atas subsidi Pertalite dan solar masih kesulitan mengaksesnya.

Nelayan Pantai Matras, Kecamatan Sungaiat, Kepulauan Bangka Belitung, Anggi Maisya pun merasakan ancaman tersebut. Menurutnya, dua tahun lalu, dia tidak pernah lagi membeli bensin dari SPBU. Pasalnya, peraturan SPBU melarang pengisian bahan bakar menggunakan tabung.

Selain itu, pembatasan pembelian BBM yang mensyaratkan penggunaan program MyPertamina menyulitkan Anggi dan teman-teman nelayannya. Pasalnya, mekanisme program MyPertamina tidak memungkinkan nelayan biasa memiliki uang.

“Ikuti juga industri lain di sini, pakai formulir aplikasi. Tapi nelayan tradisional tidak bisa mendaftar. Bagaimana kalau mau pakai formulir aplikasi? Nelayan ada yang tidak punya HP. Juga, kami tidak bisa membuat akun di aplikasi karena kami STNK kamu tidak punya kapal, “katanya.

Kenaikan Harga Bbm, Berimbas Ke Semua Sektor

Alhasil, ia mengandalkan bensin yang dijual di pasar dekat rumahnya untuk mengisi bahan bakar kapalnya. Saat melaut, Anggi, atau biasa disapa Acoy, membutuhkan 10 liter Pertalit untuk kapalnya. Sebelum ada kenaikan, harga eceran Pertalite Rp 10.000 per liter, selisih Rp 2.350 dari subsidi Pertalite.

“Artinya kalau naik, lihat satu (Pertalite) Rp 10.000, toko ini (harga) bisa Rp 14-15.000,” ujarnya kepada wartawan detikX.

Dihitung, Acoy bisa menghabiskan setidaknya Rp 150.000 saat melaut. Menurut Acoy, ada pelayanan publik bagi nelayan tradisional yang menjual SPBN Pertalite seharga Rp 5.000. Padahal SPBN berjarak 20 kilometer dari rumah Acoy.

“Tentu saya tidak bisa lagi karena banyak nelayan di dekat SPBN. Mereka yang datang ke kami sejak lama tidak lagi dilatih karena sudah habis (BBM bersubsidi),” ujarnya lirih.

Harga Bbm Naik,pemerintah Tempuh Berbagai Upaya

Bersamaan dengan persyaratan pembelian BBM di SPBN, diperlukan pula penyerahan kartu nelayan. Acoy mengaku dirinya dan sebagian besar nelayan di Pantai Matras tidak memiliki kartu nelayan karena terkendala prosedur administrasi yang sulit untuk diakses. “Kebanyakan dari kita tidak mengerti prosesnya karena rumit.”

Hal ini berdasarkan survei tahun 2020 oleh Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), yang menemukan bahwa 82,2 persen nelayan Indonesia masih memiliki bahan bakar di pasar dengan harga lebih tinggi daripada yang dijual setelah menerima subsidi. Selain itu, 85 persen nelayan kesulitan mengakses BBM karena terbentur sistem kuota.

Perburuan Acoy tidak selalu menguntungkan. Pria berusia 25 tahun ini sering membentur tembok karena cuaca buruk membuatnya tidak bisa tertular.

“Biasanya saya cari cumi-cumi, harganya Rp 75.000 per kg. Biasanya bisa dapat 4-5 kilogram. Sekarang 1 kilogram saja sudah susah,” kata Acoy lirih.

Kebijakan Subsidi Bbm: Menegakkan Disiplin Anggaran

Pria yang sudah empat tahun bekerja sebagai nelayan ini memprotes keras kenaikan harga BBM. Ketidakpastian ikan tidak sebanding dengan biaya tenaga kerja, apalagi SPBU dan akses SPBN yang masih jarang di daerah.

“Mau tidak mau, kita harus setuju untuk mematuhi peraturan pemerintah. Tolong bantu nelayan seperti kami. Kenaikan harga BBM akan sangat meningkatkan biaya operasional. Saya berharap distribusi PO meningkat. karena sulit untuk mendapatkannya. dalam,” katanya.

Meski menolak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga minyak dan kerap merugi, Acoy hanya bisa mengandalkan peruntungannya. Sekembalinya ke rumah, dia tidak berhenti melaut, berharap jika dia membawa ikan, setidaknya keluarganya akan memiliki cukup makanan.

“Begitulah cara berpikir para nelayan, kalau tidak dicari tidak dapat ya? Hari ini misalnya tidak dapat, siapa tahu besok dapat. besok. ‘Jangan, siapa tahu besok kena lagi. Ya gitu, “Jadi, kalau cuacanya buruk, kita akan melaut. Setidaknya, keluarga bisa ditangkap tiga kali,” dia berkata.

Ekonom Ui Sebut Kondisi Ekonomi Ri Sudah Cukup Solid Hadapi Dampak Kenaikan Harga Bbm

Penolakan kenaikan harga BBM juga diungkapkan KNTI. Menurut mereka, hingga saat ini nelayan tradisional belum mendapatkan subsidi BBM.

Seorang nelayan tambak udang membutuhkan sekitar 45 liter Pertalite per minggu. Oli ini digunakan untuk bahan bakar mesin reservoir untuk menaikkan permukaan air.

“Kalaupun tidak ke laut, ada ribuan tambak ikan seperti saya di seluruh Indonesia. Kita juga butuh BBM. Kebanyakan kita tidak peduli dan itu semua tidak tercatat dan kuota tidak terpenuhi. Jadi .. selama ini kebanyakan hanya menangkap nelayan yang jalan terus”, ujarnya.

Menurut Acoy, Iing membeli bahan bakar lunak karena terkendala regulasi dan akses SPBU dan SPBN subsidi masih sulit. Untuk mendapatkan subsidi BBM, kata Iing, banyak teman nelayannya yang membujuknya untuk mengganti oli sepeda yang terpasang di perahu.

Pdf) Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (bbm) Terhadap Pergerakan Harga Saham (seminggu Sebelum Dan Sesudah Kenaikan Bbm) Tahun 2013

“Kenyataan di lapangan, rempah-rempah di SPBN/SPBU tidak bisa lagi digunakan. Sebagian besar nelayan kita menghabiskan waktunya memikirkan laut. Karena itu mereka cenderung mengabaikan kontrol,” kata perempuan berusia 48 tahun itu. . orang

Bagi masyarakat penerima BBM bersubsidi, sistem kuota dan regulasi di kantong nelayan tradisional membuat mereka kesulitan mendapatkan BBM. Oleh karena itu, nelayan tradisional yang harus mendapatkan subsidi BBM terpaksa mengandalkan toko-toko Pertalite yang menjual di atas harga subsidi.

“Seharusnya setiap daerah mendapat alokasi minyak oleh pemerintah. Karena jumlah nelayan tidak tercatat, maka keputusan BPH Migas dan Pertamina tidak mengacu pada informasi tersebut. Ya, kalau informasinya jelas dan ada, kuota terpenuhi dan sebaliknya,” katanya. dia.

Oleh karena itu, biaya operasional melaut yang tinggi dan pendapatan nelayan yang tidak pasti memaksa nelayan untuk meminjam untuk investasi melaut.

Athari Minta Pemerintah Hadirkan Solusi Jitu Kurangi Dampak Kenaikan Harga Bbm Bersubsidi

“Sekitar 70% kebutuhan utama nelayan adalah BBM. Selain itu, keluhan utama anggota kami adalah: fluktuasi harga ikan, investasi yang sering mengandalkan peminjam, infrastruktur SPBN yang tidak memadai dan pelayanan publik yang menyulitkan, ” dia berkata. Perkembangan ini diperburuk oleh intervensi Rusia di Ukraina, yang menambah ketidakpastian pada rantai pasokan dan mendorong harga minyak dan gas alam ke level tertinggi dalam sejarah.

Pada Januari 2021, harga minyak mentah bertahan di kisaran $53,60/barel, dan pada Juni 2022 mencapai $116,8/barel. Kenaikan harga minyak mentah meningkatkan kondisi keuangan atau ekonomi di Indonesia, mengingat produk minyak bumi di Indonesia, terutama solar dan bensin, masih disubsidi oleh pemerintah.

Pemerintah telah mengumumkan bahwa beban subsidi BBM telah mencapai Rp. 502,4 triliun, yang merupakan angka yang sangat tinggi. Untuk menekan anggaran tersebut, pada September 2022, pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM.

Harga Pertalit naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter (sekitar 30,7 persen), solar naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter (sekitar 32 persen), dan harga Pertamax akan naik.

Dampak Kenaikan Bbm Terhadap Pasar Modal, Segera Ambil Keputusan Tepat!

Dampak kenaikan harga bbm, dampak negatif naiknya bbm, dampak positif dan negatif dari kenaikan bbm, dampak negatif kenaikan harga bbm, dampak dari kenaikan harga bbm, dampak positif dan negatif kenaikan harga bbm, dampak negatif kenaikan bbm, dampak kenaikan bbm, dampak negatif bbm naik, dampak negatif dari kenaikan bbm, dampak dari kenaikan bbm, dampak positif kenaikan bbm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like